Sambut Ramadan, Tahanan Palestina Akhiri Mogok Makan

Editor

Elik Susanto

Para pemuda Palestina bentrok dengan tentara Israel di Tepi Barat, saat berunjuk rasa mendukung tahanan Palestina yang mogok makan di penjara-penjara Israel, 19 Mei 2017. REUTERS/Mohamad Torokman
Para pemuda Palestina bentrok dengan tentara Israel di Tepi Barat, saat berunjuk rasa mendukung tahanan Palestina yang mogok makan di penjara-penjara Israel, 19 Mei 2017. REUTERS/Mohamad Torokman

TEMPO.CO, Terusalem - Menyambut puasa Ramadan, tahanan Palestina di penjara Israel mengakhiri mogok makan pada Jumat, 26 Mei 2017. Mereka mohok mahakan hampir selama 40 hari. Kesehatan mereka mulai memburuk, sehingga aksi itu dihentikan setelah pihak berwenang menyetujui setidaknya satu dari tuntutan tahanan.


Lebih dari 1.000 tahanan mengambil bagian dalam pemogokan tersebut. Pejabat Israel mengatakan pekan lalu bahwa hampir setiap tahanan membutuhkan perawatan di rumah sakit, termasuk pemimpin pemogokan Marwan Barghouti.

Barghouti merupakan seorang politisi Palestina yang dihukum karena lima pembunuhan atas pemberontakan Palestina yang dimulai pada 2000. Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, Barghouti mengkonfirmasi akhir dari mogok makan, dimulai pada awal bulan Ramadan, bulan suci bagi umat muslim.

Para massa aksi mogok makan yang mewakili sekitar 6.500 warga Palestina di penjara Israel, telah menuntut lebih banyak waktu kunjungan keluarga, mengakhiri kurungan isolasi, perawatan kesehatan yang lebih baik dan akses pendidikan yang lebih besar.

Seperti yang dilansir New York Times pada 27 Mei 2017, seorang sumber menyebutkan bahwa pihak berwenang Israel telah menyetujui permintaan untuk memperbanyak waktu kunjungan dari keluarga tahahan menjadi dua kali dalam sebulan.

Aksi tersebut bermula ketika sekitar 1.500 tahanan Palestina melancarkan mogok makan sejak 17 April 2017, yang bertepatan dengan Hari Tahanan Palestina. Namun, aksi itu mendapat tanggapan dari Israel dengan penindasan, termasuk penggerebekan malam yang sering dilakukan oleh pasukan represif.

Pemindahan paksa dari penjara ke penjara, kurungan isolasi, penolakan kunjungan dan penyitaan barang-barang pribadi, kadang-kadang termasuk garam.  Garam dan air adalah pengganti makanan oleh tahanan Palestina untuk tetap bertahan hidup selama aksi mogok makan.

NEW YORK TIMES|REUTERS|YON DEMA