Astronom Observatorium Bosscha Amati Pra-Hilal

Peneliti mengoperasikan teleskop Pilar Utara gedung Surya Observatorium Bosscha, Bandung, 27 Mei 2016. Teleskop ini digunakan untuk pengamatan hilal menyambut Ramadan tahun ini. TEMPO/Prima Mulia
Peneliti mengoperasikan teleskop Pilar Utara gedung Surya Observatorium Bosscha, Bandung, 27 Mei 2016. Teleskop ini digunakan untuk pengamatan hilal menyambut Ramadan tahun ini. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Bandung - Tim peneliti dari Observatorium Bosscha melakukan pengamatan hilal di Lembang dan Kupang untuk penentuan awal puasa Ramadhan 2017. Pada Jumat, 26 Mei 2017, tim peneliti mengamati bulan sabit tipis di Lembang dan Kupang.

Pengamatan yang berlangsung pada pukul 08.00 WIB hingga petang itu seperti kegiatan serupa pada tahun lalu. “Bulan sabit yang terdeteksi oleh sistem kami jelas tidak kasat mata,” kata Direktur Observatorium Bosscha Mahasena Putra hari ini.

Tujuan pengamatan yang bisa disebut sebagai pra-hilal tersebut, ingin bisa mengikuti ‘perjalanan’ bulan sabit. Menurut Mahasena, pengamatan tersebut bukan bagian dari pengamatan hilal yang akan digelar pemerintah petang nanti untuk penentuan awal puasa 1 Ramadhan. “Pandangan beberapa pihak masih beragam dengan metode pengamatan bulan sabit pada siang hari karena ini masih hal baru,” ujarnya.

Baca: Hari Ini Kemenag Gelar Sidang Isbat dan Melihat Hilal di 77 Titik

Pada pukul 08.15 misalnya, bulan sabit yang tak kasat mata itu tertangkap citranya. Usia bulan sabit itu kata Mahasena, 4 jam 31 menit dengan elongasi 5 derajat 57 menit. Tim memakai peralatan seperti teleskop, kamera CCD yang sensitif dan mampu mengambil gambar dengan cepat. Kemudian filter khusus untuk meningkatkan kontras bulan sabit. Hasil citra kemudian diproses agar lebih tajam dan jelas.

Pemerintah dan ormas Islam besar seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, menetapkan patokan kriteria soal hilal. Ketentuan yang kini berlaku tersebut yaitu kemungkinan teramatinya hilal atau bulan baru (imkan rukyat) pada ketinggian dua derajat, dan wujudul hilal atau tinggi hilal positif. Jarak sudut bulan-matahari minimal 3 derajat, dan umur bulan (sejak ijtimak sampai maghrib) minimal 8 jam.

Baca: Besok, BMKG Ajak Nonton Bareng Pengamatan Hilal Awal Puasa

Adapun hisab atau perhitungannya, menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas a Djamaluddin, menentukan posisi bulan dari segi ketinggian dan elongasi atau jarak sudut bulan dengan matahari saat matahari terbenam. Hisab dilakukan untuk masing-masing lokasi seperti untuk Bandung, Aceh, atau tempat lainnya.

ANWAR SISWADI