Wali Kota Padang Tak Anjurkan Warganya Mandi Balimau di Sungai

Suasana Tradisi Mandi Balimau yang dilakukan warga untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan dan untuk mensucikan diri di sungai Batang Kuranji, Padang, (8/7). Warga menyiramkan air campuran bunga rampai dan jeruk nipis ke sungai sebelum mandi. Tempo/Febrianti
Suasana Tradisi Mandi Balimau yang dilakukan warga untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan dan untuk mensucikan diri di sungai Batang Kuranji, Padang, (8/7). Warga menyiramkan air campuran bunga rampai dan jeruk nipis ke sungai sebelum mandi. Tempo/Febrianti

TEMPO.CO, Padang - Wali Kota Padang, Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah mengatakan tidak menganjurkan warganya untuk melakukan tradisi mandi suci di sungai, kolam, atau laut sebelum bulan Ramadan atau 'balimau'.

"Masyarakat harus memahami arti 'balimau' baik secara agama dan budaya agar tidak keliru," ujarnya seusai meluncurkan kegiatan pesantren Ramadhan 1438 Hijriyah di Padang, Rabu, 24 Mei 2017.

Baca juga: Jemaah An-Nadzir Mulai Puasa Ramadan 25 Mei 2017

Dia menyebutkan meski ada dalam tradisi dan agama, 'balimau' diartikan membersihkan jiwa dan fisik sebelum melaksanakan puasa. Menurut dia, arti sebenarnya 'balimau' adalah saling meminta maaf dan memberi maaf sesama Muslim, kemudian meningkatkan silaturahim, dan secara sunah membersihkan tubuh menjelang puasa Ramadan.

Saat ini, Mahyeldi menambahkan, masyarakat khususnya generasi muda menyalahi maksud tersebut dengan melakukan ritual mandi di sungai, kali, atau pantai secara bersama-sama. Secara agama, kata dia, hal itu menyalahi karena tidak diperkenankan bukan muhrim mandi bersama dalam satu tempat dan secara budaya juga sudah melanggar etika.

Kerugian lainnya, kata dia, bukan menciptakan suasana tenang dan damai menjelang Ramadhan melainkan menimbulkan ricuh karena terkadang jatuh korban dan mengakibatkan kemacetan lalu lintas.

Simak pula: Rukyatul Hilal di Kalimantan Tengah Dilakukan dari Atap Hotel

"Kami anjurkan warga untuk 'balimau' di rumah masing-masing," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera itu.

Meskipun demikian ujarnya, kemungkinan masyarakat melaksanakan 'balimau' masih besar sehingga pihaknya telah berkoordinasi dengan keamanan untuk pengawasan. Beberapa titik yang kemungkinan menjadi lokasi 'balimau' yakni di Sungai Gunung Nago dan Lubuk Minturun; kolam pemandian Batu Busuk dan Lubuk Paraku, serta beberapa pantai.

"Bila balimau itu masih ada, kami berharap berjalan lancar. Namun kami tetap tidak menganjurkan warga melaksanakannya," ujar Mahyeldi.

Lihat juga: Transjakarta Sediakan Takjil di Semua Halte Selama Ramadan

Sementara itu salah satu warga di sekitar Jembatan Gunung Nago Pauh, Delis mengatakan pengawasan balimau harus lebih ketat. Sebab, tambahnya ada saja oknum yang merugikan para pendatang untuk mandi. Menurut Delis, meski telah dilarang agama, tradisi balimau di sungai menyongsong Ramadan tersebut sudah jadi kebiasaan masyarakat dan sulit dihentikan.

ANTARA