Tradisi Rawat Ruwat Ranu di Lumajang Menjelang Ramadan

Editor

Elik Susanto

Relawan memungut sampah dalam kegiatan Jambore Sapu Gunung di kawasan danau Ranu Pani, Lumajang, 30 April 2016. Data tersebut didapat dari survei yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Relawan memungut sampah dalam kegiatan Jambore Sapu Gunung di kawasan danau Ranu Pani, Lumajang, 30 April 2016. Data tersebut didapat dari survei yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. TEMPO/Aris Novia Hidayat

TEMPO.CO, Lumajang - Koordinator Laskar Hijau A'ak Abdullah Al-Kudus mengatakan kegiatan Rawat Ruwat Ranu. Acara ini merupakan kampanye pelestarian lingkungan melalui jalan kebudayaan menjelang Ramadan, di Ranu (danau) Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

"Kegiatan ini digagas juga dalam rangka menyambut datangnya Ramadan. Masyarakat diajak untuk merawat dan meruwat sumber kehidupan yang berada di Ranu Klakah," kata  Abdullah di Lumajang, Sabtu, 20 Mei 2017.

Menurut Abdullah, Gunung Lemongan ymerupakan benteng ekologi Kabupaten Lumajang wilayah utara yang memiliki 13 ranu dan tujuh danau di antaranya berada di wilayah Kabupaten Lumajang. Sisanya berada di Kabupaten Probolinggo.  "Ranu-ranu itu memiliki fungsi yang sangat vital bagi masyarakat, khususnya untuk air minum, irigasi, perikanan, juga sektor parwisata, sehingga perlu dijaga dengan baik."

Abdullah menjelaskan, pembalakan liar yang terjadi pada kisaran 1998-2002.  Akibat meluluhlantakkan kawasan hutan lindung di Gunung Lemongan, berdampak langsung pada 13 ranu yang indah tersebut.

"Salah satunya Ranu Klakah, yakni tidak kurang dari 25 mata air yang mati akibat perusakan hutan di Gunung Lemongan, dan sekarang tinggal enam mata air saja," kata Abdullah.

Padahal, Ranu Klakah itu menjadi tumpuan irigasi bagi 620 hektare areal persawahan yang ada di sekitarnya. Degradasi ekologi itu juga terjadi pada ranu-ranu yang lain, bahkan Ranu Kembar di Desa Salak, Kecamatan Randuagung, menjadi kering.

"Kondisi kerusakan itulah yang memantik para relawan Laskar Hijau untuk melakukan gerakan konservasi di Gunung Lemongan dan di ranu-ranu yang ada di sekitarnya sejak 2005," ujarnya.

Acara Rawat Ruwat Ranu diawali dengan istighatsah kubro bersama warga sekitar Ranu Klakah dan dihadiri oleh Bupati Lumajang As'at Malik, kemudian dilanjutkan dengan pergelaran budaya yang meliputi seni tari, musik dan teater dari seniman-seniman Lumajang, Malang dan Probolinggo.

"Mereka berpartisipasi secara sukarela karena kepeduliaannya kepada pelestarian budaya dan lingkungan. Panggung ini adalah panggung rakyat, siapapun boleh hadir menyaksikan dan menampilkan karya seninya," ujarnya.

Bupati Lumajang As'at Malik mengapresiasi kegiatan pelestarian lingkungan yang menggabungkan dengan kebudayaan berbasis kearifan lokal wilayah setempat.
"Acaranya memang unik karena digelar di atas air. Semoga dengan acara ini dapat memberikan motivasi kepada masyarakat."

ANTARA