Trauma Terjebak di Cipali, Pemudik Pilih Jalur Selatan

Editor

Bobby Chandra

Sejumlah kendaraan melaju di jalur selatan Kampung Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, 9 Juli 2016. Pada H+3 arus balik Lebaran, pemudik yang melintas di jalur selatan meningkat tajam, sehingga antrean kendaraan mencapai puluhan kilometer. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Sejumlah kendaraan melaju di jalur selatan Kampung Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, 9 Juli 2016. Pada H+3 arus balik Lebaran, pemudik yang melintas di jalur selatan meningkat tajam, sehingga antrean kendaraan mencapai puluhan kilometer. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Resor Tasikmalaya Kota, Jawa Barat, memprediksi puncak arus balik di jalur selatan Tasikmalaya terjadi, Minggu, 10 Juli 2016. Prediksi ini berdasarkan dari meningkatnya volume kendaraan di jalur selatan. "Prediksinya (puncak arus balik) hari ini (Minggu)," kata Kepala Urusan Bidang Operasi Satuan Lalu Lintas Polres Tasikmalaya Kota, Inspektur Satu Dede Darmawan, di Gentong, Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Minggu malam.

Pegawai negeri sipil sudah masuk kerja Senin. Oleh karenanya, pemudik mesti berada di Jakarta sebelum Senin. "Dari kalender kerja, besok PNS dan BUMN mulai masuk kerja," ujar Dede. Peningkatan volume kendaraan pada arus balik tahun ini cukup signifikan dibandingkan tahun lalu, yakni mencapai 60 persen. "Arus Balik tahun lalu, kami jarang mengalihkan arus ke jalur alternatif via Singaparna untuk menuju Garut lalu Bandung."

Dede menambahkan, puncak arus balik tahun lalu hanya terjadi satu hari. Pada tahun ini, kata dia, sudah tiga hari kendaraan dialihkan ke jalur alternatif karena ekor antrean sudah berada di Flyover Rajapolah, atau sekitar 15 kilometer dari Gentong. "Sudah tiga hari, mulai Jumat sampai Minggu, volume kendaraan padat, dan ekor antrean sampai Flyover Rajapolah dan Ciamis," katanya.

Padatnya volume kendaraan di jalur selatan mengingatkan Dede pada musim mudik 2014. Ketika itu kendaraan dari Pantura dialihkan ke Selatan akibat amblasnya jembatan di Comal, Pemalang. Dia menduga, meningkatknya volume kendaraan di jalur selatan disebabkan pemudik yang trauma terjebak berjam-jam saat melintas di Tol Cipali. Pemudik tidak ingin terjebak macet saat kembali ke Jakarta.

Pemudik tujuan Jakarta, Widi, mengatakan, dirinya tidak ingin kembali terjebak kemacetan parah seperti yang terjadi di Tol Cipali saat mudik lalu. Saat itu, dia berada di jalanan lebih dari 24 jam untuk menuju Jawa Tengah. "Takut kejebak macet parah lagi. Saya memilih lewat jalur selatan. Di jalur biasa, lebih mudah menemukan SPBU, dan tempat makan," katanya.

Hal senada disampaikan Sartam, pemudik yang akan menuju Jakarta. Dia memilih balik lewat jalur selatan karena tidak ingin terjebak macet. "Di jalur selatan juga macet, tapi tidak separah saat mudik kemarin," ujarnya.

Pantauan di lapangan, petugas kepolisian terus berupaya mengurai kepadatan kendaraan di jalur selatan, khususnya Gentong. Arus kendaraan beberapa kali dialihkan lewat jalur alternatif melalui Singaparna untuk menuju Garut dan Bandung. Pengalihan arus tentatif dilaksanakan.  jika ekor kendaraan sudah di Flyover Rajapolah, Kapolresta Tasik berkoordinasi dengan Ciamis, dan Banjar untuk pengalihan arus.

Kepala Polres Kota Banjar, Ajun Komisaris Besar Novri Turangga, mengatakan, pihaknya beberapa kali mengalihkan arus kendaraan untuk mengurangi beban di Nagreg. Jalur alternatif yang dipakai, kata Novri, jalur Cimaragas. Jalur ini menghubungkan Banjar, Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya untuk kemudian menuju Garut via Singaparna.

Jalur lainnya, yakni dari Banjar diarahkan ke Ciamis untuk menuju Cikijing dan Majalengka. "Lewat Cikijing untuk tujuan Bandung dan Sumedang. Pemudik tujuan Jakarta diarahkan masuk Cipali," kata Novri.

CANDRA NUGRAHA