Pesan Idul Fitri Masjid Istiqlal: Saatnya Generasi Qur'ani  

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar. ANTARA FOTO/Embong Salampessy
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar. ANTARA FOTO/Embong Salampessy

TEMPO.CO, Jakarta - Mempersiapkan generasi Qur'ani adalah keniscayaan yang mesti dilakukan umat Islam saat ini. Tema inilah yang menjadi bahasan dalam khotbah Idul Fitri, 6 Juli 2016, di Masjid Istiqlal, Jakarta, yang disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal, Professor Nasaruddin Umar.

"Sudah saatnya kita memikirkan peta jalan generasi seperti apa yang kita harapkan di masa depan," kata Nasaruddin di hadapan jamaah, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan pimpinan lembaga negara seperti Ketua MPR Zulkiefli Hasan, dan Ketua DPR Ade Komarudin.

Menurut dia, ada tiga faktor yang menjadi area perhatian dalam membentuk generasi Qur'ani, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau kampus, dan lingkungan masyarakat.

Lingkungan keluarga adalah madrasah paling awal untuk melahirkan generasi qur'ani. Nasaruddin mengatakan sulit dibayangkan anak salah dan salehah hadir dari rumah tangga yang kering dengan nilai-nilai spiritual. "Sesibuk apapun orang tua pasti harus punya waktu untuk mengasuh dan mendidik anaknya secara intensif," kata dia.

Persoalan saat ini adalah semaki sulit menemukan orang tua sejati. Padahal, kata Nasaruddin, orang tua jangan hanya menjadi orang tua biologis, tapi juga harus sanggup menjadi orang tua spiritual. "Jangan hanya mampu melahirkan anak-anak biologis, tapi tidak sanggup menjadikannya anak-anak spiritual," kata dia.

Lingkungan sekolah dan kampus juga mempunyai peran penting dalam penyiapan generasi qur'ani. Bukan saja untuk mencari ilmu, tetapi juga sarana menggodok pribadi tangguh dan memompakan semangat intelektual-spiritual yang menyeluruh.

Dunia pendidikan saat ini, Nasaruddin melanjutkan, cenderung stagnan, tidak lagi menjanjikan martabat kemanusiaan yang utama. Kaidah-kaidah moral cenderung diabaikan. Tingginya jenjang pendidikan seseorang tidak berbanding lurus dengan moral-spiritual yang dimilikinya.

Padahal, dalam pandangan Islam, setiap orang tidak hanya membutuhkan ilmu, tapi juga ma'rifah. "Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui olah nalar, sementara ma'rifah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui olah batin," kata Nasaruddin.

Lingkungan masyarakat juga memegang peranan penting dalam membentuk generasi qur'ani. Namun sayangnya lingkungan masyarakat saat ini digoyang gelombang tsunami budaya global. Contoh paling nyata adalah budaya silaturahmi tatap muka yang mulai bergeser melalui media sosial, seperti WhatApps, Facebook, dan Twitter. Belum lagi sifat permisif masyarakat terhadap perilaku-perilaku menyimpang. "Sudah saatnya semua pihak memikul amanah besar demi generasi masa depan," kata dia.

AMIRULLAH