Jadi Khatib Salat Id, Politikus Ini Singgung Kasus Korupsi

Jemaah Muhammadiyah menyimak ceramah khatib salat Idul Adha di jalan raya Cendrawasih, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu, 4 Oktober 2014. TEMPO/Marifka Wahyu
Jemaah Muhammadiyah menyimak ceramah khatib salat Idul Adha di jalan raya Cendrawasih, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu, 4 Oktober 2014. TEMPO/Marifka Wahyu

TEMPO.CO, Bandung - Wakil Ketua Komisi Agama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sodik Mudjahid menjadi imam dan khatib salat Id di Masjid Nurul Falaah, Buah Batu, Bandung,  Rabu, 6 Juli 2016. Ketika berceramah, dia mengungkit penyidikan kasus suap seputar proyek reklamasi Teluk Jakarta.

Kasus yang diusut Komisi Pemberantasan Korupsi itu, menurut Sodik, menunjukkan dugaan kongkalikong antara pengusaha dan pembuat peraturan. Dampaknya, peraturan yang dibuat bukan untuk kepentingan rakyat jelata.

Dua orang dinyatakan sebagai tersangka kasus ini, yakni: anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Mohamad Sanusi dan bekas Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja.

"Padahal, pemimpin yang adil dan pengusaha yang jujur adalah pilar masyarakat beriman dan bertakwa, seperti yang ditegaskan Rasulullah," kata Sodik.

Kongkalikong seperti itu bukan hanya ada di urusan reklamasi Teluk Jakarta. Sodik menyebut telah mendapat informasi soal kesenjangan serupa di Kalimantan. "Saya dengar, ribuan hektar lahan sawit di sana hanya dimiliki oleh tujuh perusahaan," kata politikus Partai Gerindra itu.

Sebagai negara dengan sumber daya alam melimpah, hal ini kata dia menunjukkan Indonesia belum mapan dan berkeadilan. Sodik mengatakan jumlah penduduk miskin masih sekitar 28 juta jiwa. "Kita perlu renungi, apa penyebabnya?" kata dia.

Sodik menyebut lima hal sebagai pilar masyarakat beriman dan bertakwa yang harus diperhatikan semua orang. "Pilar pertama adalah ulama dan cendekia yang istiqomah," katanya. Ulama, kata dia, jangan hanya berpikir bagaimana gaya berceramah agar laris diundang sana-sini.

Kemudian, pemimpin yang adil. "Jangan menggunakan kekuasaan bukan untuk diri sendiri atau kelompoknya, melainkan untuk seluruh rakyat yang dipimpinnya," kata Sodik. Lalu, pilar ketiga, adalah pengusaha yang jujur, yang mengedepankan kreativitas ketimbang kedekatan dengan pejabat.

Pilar keempat, yaitu birokrasi dan kaum pekerja yang taat dan disiplin. "Jangan hanya mau seperti raja yang dilayani rakyat." Adapun pilar kelima adalah rakyat yang sabar, mampu mengendalikan diri, tidak mudah terprovokasi dan main hakim sendiri.

MUHAMAD RIZKI