Kisah Pedagang Parsel yang Digusur dari Stasiun Cikini

Editor

Zed abidien

Pedagang menunggu pembeli parcel lebaran di Jalan Cikini Raya, Jakarta, Selasa 14 Juni 2016. Pemprov DKI Jakarta akan segera menertibkan para pedagang parsel yang menduduki trotoar di Jalan Cikini Raya. TEMPO/Subekti
Pedagang menunggu pembeli parcel lebaran di Jalan Cikini Raya, Jakarta, Selasa 14 Juni 2016. Pemprov DKI Jakarta akan segera menertibkan para pedagang parsel yang menduduki trotoar di Jalan Cikini Raya. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Jalan Cikini Raya, Jakarta terlihat lengang. Tidak tampak hiruk-pikuk orang-orang yang beraktivitas di sana, Selasa siang ini, terasa santai dan sepi. Para pedagang parcel musiman pun hanya ada beberapa pedagang. "Ini cuma sisa parcel yang belum terjual," kata Adi, seorang pedagang parcel musiman di sekitaran Stasiun Cikini, Selasa 5 Juli 2016.

Menurut dia, parcel musiman yang dijajakan di sekitar Stasiun Cikini hanya beroperasi dari awal puasa hingga Senin kemarin. Menjelang H-1 Idul Fitri kebanyakan pedagang sudah berkemas dan kembali ke kampung halamannya. "Libur lebaran kali ini, kan, lebih panjang, mungkin orang-orang sudah pulang ke kampungnya. Makanya sepi, kemarin-kemarin ramai sekali di sini. Orang-orang umumnya sudah beli pada pekan ke-2 puasa," jelas Adi.

Penjualan parcel kali ini cukup meningkat, banyaknya ragam parcel yang ditawarkan membuat pembeli berantusias untuk membelinya. Adi mematok harga parcel yang dia jual berkisar dari Rp 150 ribu hingga Rp 2,5 juta. "Paling banyak pelanggan membeli di kelas harga Rp 500 ribu, ukurannya besar dan isinya lumayan banyak," jelasnya.

Selain pedagang parcel yang diuntungkan dengan adanya hari raya Idul Fitri, para jasa kurir pengantar juga diuntungkan dengan tingginya permintaan jasa antar parcel. Deden, kurir parcel yang bekerja untuk salah satu pedagang parcel di Cikini, mengatakan dapat meraup uang Rp 50 ribu hingga Rp 250 ribu untuk sekali antar parcel. "Dalam satu hari saya bisa mengantar ke beberapa tempat di Jakarta dan sekitarnya," kata Deden.

Dia menceritakan beberapa pengalaman kiriman yang diantarnya ditolak oleh penerima. "Alasan ditolak bermacem-macem. Tapi, saya antar kembali ke pengirimnya," ucap Deden. "Kadang kala kami dikasih oleh pengirim ketika tahu parcelnya ditolak sama penerima," tambahnya.

Lain halnya dengan penjual bunga yang ada di Pasar Cikini. Omzet mereka menurun drastis. Para pedagang bunga sedikit kecewa dengan penurunan minat para pembeli bunga. "Jika dibandingkan tahun lalu, tahun ini orderan untuk bunga ucapan Idul Fitri turun sekali," kata Yana, pedagang bunga di pasar Cikini.

Yana menjelaskan turunnya penjualan bunga kemungkinan karena banyaknya pesaing baru dan minat orang untuk memberikan ucapan dengan bunga juga menurun. Saat ini, Yana lebih sering melayani pesanan bunga dari pelanggan tetapnya. "Kalau pembeli baru jarang sekali," ujarnya.

CHITRA PARAMAESTI