Pengamat: Perlu Terobosan Tingkatkan Mudik Transportasi Umum

Foto udara antrean kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Bangsri, Brebes, Jawa Tengah, 4 Juli 2016. Antrean pemudik yang ingin membeli BBM mengakibatkan kemacetan parah di sepanjang ruas Tol Pejagan-Brebes Timur. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
Foto udara antrean kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Bangsri, Brebes, Jawa Tengah, 4 Juli 2016. Antrean pemudik yang ingin membeli BBM mengakibatkan kemacetan parah di sepanjang ruas Tol Pejagan-Brebes Timur. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah perlu melakukan terobosan guna meningkatkan jumlah pemudik yang menggunakan transportasi umum untuk menekan angka kecelakaan masa mudik Lebaran, kata pengamat transportasi Djoko Setijawarno.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, 4 Juli 2016, Djoko mengatakan peningkatan pemudik transportasi umum perlu dilakukan pada kapal laut, kereta api, dan bus.

"Tahun depan, masih ada peluang menambah kuota angkutan kereta api. Caranya menambah frekuensi dan menambah jumlah kereta setiap rangkaian," kata Djoko.

Djoko berpendapat penambahan gerbong kereta bisa ditingkatkan menjadi 30 gerbong dalam satu rangkaian kereta yang ditarik lokomotif. Di samping itu, juga harus menyiapkan beberapa stadiun singgah untuk memperpanjang emplasemen.

Peminat transportasi bus juga bisa ditambah dengan menata kondisi terminal agar senyaman bandara dan stasiun kereta, serta memperbaiki kondisi sarana angkutan umumnya, kata Djoko.

"Kapal laut harus digunakan lagi untuk membawa pemudik, terutama yang sepeda motor dan mudik sepeda motor gratis. Melarang dan mengimbau pemudik sepeda motor tidak akan selesaikan masalah. Akan tetapi kebijakan sepeda motor yang kebablasanlah yang harus ditinjau ulang," kata Djoko.

Selain itu, menurut Djoko, pemerintah daerah juga harus memberikan layanan transportasi umum yang layak dan menjangkau sejumlah lokasi termasuk tempat wisata. Salah satu alasan pemudik menggunakan kendaraan pribadi dikarenakan untuk mobilitas saat di kampung halaman.

"Kepala daerah harus ditarget kapan menyediakan transportasi umum yang nyaman. Termasuk menyediakan transportasi terintegrasi dan lanjutan yang aman dan nyaman. Tidak ada lagi angkutan plat hitam yang mahal dan tidak nyaman di simpul-simpul transportasi," jelas Djoko.

Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, jumlah kecelakaan masa mudik lebaran hanya terjadi di jalur darat dengan didominasi oleh pesepeda motor.

Jumlah korban meninggal akibat kecelakaan mudik Lebaran pada 2014 mencapai 714 jiwa, sedangkan pada 2015 menurun jadi 657 jiwa. Data kecelakaan mudik Lebaran mulai H-7 hingga H+7 sejak 2011 hingga 2015 antara lain 3.631 korban meninggal, 6.759 luka berat, dan 20.569 luka ringan.

ANTARA