Hilal Belum Terlihat di Pelabuhan Ratu  

Editor

Erwin prima

Warga mengamati hilal menggunakan teropong di Bukit Syeh Bela-belu, Bantul, Yogyakarta, 5 Juni 2016. Dari hasil pemantauan tersebut hilal belum tampak karena tertutup awan mendung. ANTARA FOTO
Warga mengamati hilal menggunakan teropong di Bukit Syeh Bela-belu, Bantul, Yogyakarta, 5 Juni 2016. Dari hasil pemantauan tersebut hilal belum tampak karena tertutup awan mendung. ANTARA FOTO

TEMPO.COJakarta - Anggota Badan Hisab-Rukyat Kementerian Agama, Cecep Nurwendaya, mengatakan belum ada hilal yang terlihat dari pos observasi bulan Pelabuhan Ratu hingga hari ini, Senin, 4 Juli 2016. Rukyat atau melihat hilal dilakukan untuk menentukan jatuhnya 1 Syawal saat pelaksanaan Idul Fitri.

Dalam paparannya di depan Menteri Agama, anggota Komisi VIII DPR, dan tamu undangan lain, Cecep mengatakan ketinggian hilal baru mencapai -0,78 derajat. "Hilal yang kita lihat ini sejatinya bukan hilal," kata dia di ruang sidang isbat Kementerian Agama, Senin ini.

Cecep menjelaskan, ketinggian hilal yang negatif menunjukkan bulan berada di bawah matahari. Artinya, bulan tenggelam lebih dulu daripada matahari. Sedangkan letak hilal awal bulan selalu positif. 

Cecep mengatakan hilal yang terlihat di Pelabuhan Ratu itu adalah bulan tua pada akhir Ramadan. Ia menyebutkan bulan tua tak hanya terlihat di Pelabuhan Ratu, tapi juga di semua wilayah Indonesia. "Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian negatif (hilalnya)," ujar dia.

Meski demikian, kata Cecep, sidang isbat tetap perlu dilaksanakan. Tujuannya mengkonfirmasi kebenaran hisab atau hitungan. 

Hari ini, pemerintah akan menggelar sidang isbat di Kementerian Agama. Sidang akan dihadiri ahli astronomi, ahli falak, beberapa pemimpin masjid Islam, duta besar negara sahabat atau perwakilan, dan tim pengamat hisab dari Kementerian Agama.

MAYA AYU PUSPITASARI