Bubur India, Takjil Ramadan di Gampong Syariat  

Editor

Zed abidien

Warga memasak bubur kanji untuk hidangan berbuka puasa di Masjid Al-Furqan, Beurawe, Banda Aceh, 22 Juni 2015. TEMPO/Adi Warsidi
Warga memasak bubur kanji untuk hidangan berbuka puasa di Masjid Al-Furqan, Beurawe, Banda Aceh, 22 Juni 2015. TEMPO/Adi Warsidi

TEMPO.COBanda Aceh - Dikepung asap dari bara api, Budi alias Agam dan seorang rekannya tak berhenti mengaduk-aduk dua belanga besar. Di samping Masjid Al-Furqan, selepas waktu zuhur, mereka memasak bubur kanji demi menjaga tradisi Ramadan di kawasan syariat Islam, Gampong Beurawe, Banda Aceh.

"Ini akan terus berlangsung sampai malam terakhir (Ramadan)," kata Agam kepada Tempo, Sabtu, 2 Juli 2016.

Menurut dia, tradisi memasak bubur kanji telah berlangsung lama di desanya. Bubur itu, selain untuk menu berbuka di masjid, juga dibagikan kepada semua warga di kampung tersebut.

Bubur kanji adalah menu kaya rasa. Bahan utamanya adalah beras bermutu baik. Beras dimasak sampai menjadi bubur, lalu dimasukkan sayur-sayuran serta bumbu rempah-rempah yang sudah digiling sebagai bumbu utama. “Ada kentang, wortel, kunyit, jahe, bawang, daun sup, santan kelapa, daun pandan, serai, dan banyak lainnya,” ujar Agam.

Memasaknya butuh waktu 2-3 jam dalam belanga berdiameter 1 meter lebih. "Api tak boleh padam-padam."

Menjelang asar, warga berdatangan membawa wadah untuk mengambil kanji. Satu belanga diperuntukkan bagi warga yang berbuka di rumah, satu belanga lagi untuk mereka yang berbuka di masjid.

Memasak kanji adalah silaturahmi. Dana untuk memasak sebulan penuh dikumpulkan dari sumbangan warga. "Begitulah kami menjaga tradisi," tutur Andre, warga Beurawe.

Pemerhati sejarah Aceh, Adli Abdullah, mengatakan tradisi memasak bubur kanji maupun bubur Ie Bu Peudah masih dijaga di sebagian wilayah pesisir Aceh. Bubur itu sudah dikenal sejak masa kerajaan sebagai makanan yang berasal dari India.

Menurut dia, makanan tersebut datang dari Malabar, sebuah distrik di negara India. Pada abad ke-16, masa kejayaan Kesultanan Aceh, banyak sekutu yang membantu peperangan mengusir Portugis dari Selat Malaka.

Salah satu sekutu Aceh adalah Malabar. Banyak pemuda Malabar yang masuk ke Aceh dan bermukim, umumnya bekerja menjadi tentara dan pembuat kapal perang. “Tentara Aceh saat itu dari berbagai bangsa. Mereka membawa adat dan budayanya masing-masing,” ucap Adli.

Pemuda Malabar juga membawa budaya kulinernya, kanji rumbi, yang menjadi menu mereka sehari-hari. Saat bulan Ramadan, mereka membagikan menu itu kepada masyarakat, dan dikenal luaslah kanji rumbi sampai sekarang. “Tradisi seperti sekarang itu sudah dari dulu. Sebab, ada sunah membagi makan orang berpuasa.”

Banyak makanan di Aceh yang dipengaruhi oleh Malabar dan Gujarat, yang punya kedekatan dengan Aceh sejak dulu kala. 

ADI WARSIDI