Enaknya Mudik dengan Kereta Api bagi Parjiyem  

Editor

Zed abidien

Parjiyem, 43 Tahun, Asal Semarang, Mudik Naik Kereta Sendirian Untuk Pertama Kali, Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu, 2 Juli 2016. TEMPO/Maya Ayu
Parjiyem, 43 Tahun, Asal Semarang, Mudik Naik Kereta Sendirian Untuk Pertama Kali, Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu, 2 Juli 2016. TEMPO/Maya Ayu

TEMPO.CO, Jakarta - Parjiyem duduk di bangku tunggu jalur 3 Stasiun Pasar Senen, Sabtu, 2 Juli 2016. Matanya awas melihat gerak-gerik orang di sekitarnya. Dia kempit tas tangan merah jambu di atas pangkuannya. Di kakinya, tiga tas besar warna-warni digeletakkan. "Kalau di stasiun, ada copet enggak ya?" katanya dengan alis berkerut.

Ini adalah pertama kalinya Parjiyem naik kereta sendirian. Kampungnya di Semarang. Biasanya, dia pulang bersama suami. "Suami saya sudah pulang kemarin," ucapnya.

Menjelang hari raya Idul Fitri, Stasiun Pasar Senen dipadati orang-orang yang ingin mudik ke kampung halaman. Ribuan orang terlihat berserakan di depan pintu masuk. Di dalam peron, jumlah orangnya tak kalah banyak.

Parjiyem sebenarnya tak suka naik kereta. Wanita 43 tahun ini punya trauma saat kecil naik kereta.

Puluhan tahun lalu, ayah Parjiyem meninggal saat ia baru lulus sekolah dasar. Kakak sulungnya lalu mengajak dia merantau ke Jakarta untuk membantu ibunya menghidupi empat adik mereka. Di Jakarta, Parjiyem dan kakaknya menjadi pembantu.

Dua kakak-adik itu berangkat naik kereta dari Semarang. Saat itu tak ada sistem yang mengatur tempat duduk. Adanya “sistem siapa cepat dia dapat”.

Parjiyem dan kakaknya terdesak penumpang yang rebutan kursi. Hingga akhirnya mereka terpisah. "Saya nangis sampai malam cari kakak saya," ujarnya, mengenang. "Duh, kalau ingat itu. Saya masih kecil," tuturnya.

Sejak saat itu hingga dewasa, Parjiyem tak mau lagi naik kereta. Ia trauma. Kata dia, lebih baik capek naik bus.

Parjiyem baru mau lagi naik kereta setelah menikah sekitar 20 tahun lalu karena diajari suaminya. Belakangan, dia jadi ketagihan naik kereta karena sistem “siapa cepat dia dapat” sudah tak ada lagi. "Sekarang enak, lebih teratur," ucapnya.

Kereta Parjiyem berangkat pukul 14.00. Ia tak sabar ingin segera naik. Berkali-kali ia mengira kereta commuter line adalah kereta yang akan mengangkutnya. "Oh, ini kereta khusus cewek itu ya? Saya enggak pernah naik itu," ujarnya menunjuk commuter line jurusan Jatinegara yang melintas.

MAYA AYU PUSPITASARI