Jalur Pasuruan-Bangil Sudah Bisa Dilewati Kereta Api  

Editor

Zed abidien

Sejumlah pengguna jalan mencoba menerobos banjir yang menggenangi Jalur Pantura, di Jalan Raya Kraton, Pasuruan, Jawa Timur, 30 Juni 2016. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Sejumlah pengguna jalan mencoba menerobos banjir yang menggenangi Jalur Pantura, di Jalan Raya Kraton, Pasuruan, Jawa Timur, 30 Juni 2016. TEMPO/Aris Novia Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Jalur kereta api (KA) antara Probolinggo dan Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, sejak kemarin sudah bisa dilalui kembali setelah sempat terendam banjir. “Sudah bisa dilalui dari kemarin pukul 20.30 WIB dengan jarak tempuh 5 kilometer per jam,” ucap Kepala Humas PT KAI Agus Komarudin saat dihubungi Sabtu, 2 Juli 2016.

Andi mengatakan kecepatan kereta api sengaja diperlambat karena di lokasi tersebut baru saja dilakukan perbaikan dengan penambahan ballast (batu kerikil yang menjadi landasan rel), yang sebelumnya tergerus air akibat banjir yang menggenangi jalur itu. “Itu kan cukup panjang jalurnya, sekitar 800 meter yang tergerus, sehingga perlu pemadatan. Ini kami awasi terus, 24 jam di lokasi,” ujar Agus.

Sebelumnya, 12 perjalanan kereta api yang berangkat dari Surabaya menuju Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember dibatalkan akibat banjir di Kabupaten Pasuruan, yang menyebabkan jalur rel kereta rusak parah.

Perjalanan kereta yang dibatalkan di antaranya KA Mutiara Timur Malam dan KA Mutiara Timur Siang rute Banyuwangi-Surabaya. Kemudian, KA Logawa rute Jember-Purwokerto, KA Sritanjung rute Banyuwangi-Lempuyangan (Yogyakarta), KA Tawangalun rute Banyuwangi-Malang, dan KA Probowangi rute Banyuwangi-Surabaya. Untuk wilayah Daop IX Jember, enam perjalanan kereta yang dibatalkan antara lain KA Mutiara Timur Malam, KA Logawa, KA Sritanjung, KA Tawangalun, KA Probowangi, dan KA Mutiara Timur Siang.

Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jawa Bagian Timur Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan telah mengerahkan tenaga manusia untuk kembali mengangkut ballast ke lokasi tersebut, kemudian disusul dengan mendatangkan sepuluh gerbong ballast dengan kereta api gerbong terbuka. Namun jumlah itu ternyata belum mencukupi, sehingga mereka kembali mendatangkan ballast sebanyak 5.000 m3 dari Stasiun Bangil dan Stasiun Sidoarjo. Di lokasi rel menggantung juga telah diperkuat dengan perancah (penanganan darurat) dan sudah dilakukan pengangkatan listring menggunakan alat berat.

DESTRIANITA