TEMPO.CO, Jakarta - Musim mudik membuka lembaran lama dalam memori Zulkifli Hasan. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ini mengenang suka-duka mudik masa mudanya.
Zulkifli, 54 tahun, meninggalkan kampung halamannya di Tanjungkarang, Lampung, ke Jakarta saat sekolah menengah atas. Sejak itu, dia hampir tidak pernah absen balik kandang untuk merayakan Lebaran. “Dulu saya pulang ke Lampung naik motor,” kata Zulkifli seperti ditulis Koran Tempo, Rabu, 30 Juni 2016.
Pada awal 1980-an itu, rute Jakarta-Lampung belum lempeng seperti sekarang. Dari Jakarta, lewat Tangerang, Serang, dan Merak. Penyeberangan ke Sumatera pun lebih panjang karena kapal penyeberangan mendarat di Panjang, pelabuhan di dekat Bandar Lampung. “Bisa setengah sampai satu hari,” ujar Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini. “Kalau sekarang lewat Bakauheni (pelabuhan di Lampung Selatan) bisa lebih dekat.” Tradisi mudik dengan sepeda motor itu dia lakoni sampai beberapa tahun setelah lulus SMA dan menjadi pedagang—termasuk jualan panci door to door—di Jakarta.
Menteri Kehutanan 2009–2014 ini kini, tentu saja, tidak lagi bersepeda motor untuk mudik. Menjadwalkan berangkat ke Lampung pada Sabtu mendatang, Zulkifli memilih membawa mobil sendiri. Dia juga mengajak para perantau Lampung di Jakarta untuk pulang kampung bersama.
Zulkifli menyediakan sederet bus untuk mengantarkan saudara dan kerabat daerah asalnya itu. “Kalau mau mudik bareng, saya siapkan 30-40 bus,” tuturnya. Pemudik tinggal naik bus tanpa perlu bayar. “Kasihan kalau harus keluar ongkos lagi.”
Zulkifli memprediksi rute Jakarta-Bandar Lampung akan ditempuh dalam enam jam. Ini jauh lebih singkat ketimbang saat dia pulang kampung dengan sepeda motor sekitar 30 tahun lalu. “Pokoknya, soal mudik tidak usah khawatir. Yang penting jangan sampai enggak tarawih.”
REZKI ALVIONITASARI