Menjaga Tradisi Kolak Ayam Warisan Wali Dalem

Editor

Zed abidien

Sejumlah warga, sedang memasak bahan kolak ayam di Desa Gumeno, Gresik, Jawa Timur (12/9). Tradisi pesta kolak ayam tiap tanggal 22 Ramadhan telah berlangsung ratusan tahun lamanya. Fotto: ANTARA/Syaiful Arif
Sejumlah warga, sedang memasak bahan kolak ayam di Desa Gumeno, Gresik, Jawa Timur (12/9). Tradisi pesta kolak ayam tiap tanggal 22 Ramadhan telah berlangsung ratusan tahun lamanya. Fotto: ANTARA/Syaiful Arif

TEMPO.CO, Gresik - Haji Untung, 60 tahun, mengawasi secara hati-hati para juru masak yang tengah mengaduk kuali. Belanga besar berbahan tanah itu berisi kuah panas berwarna kecoklatan, bernama Kolak Ayam.

"Tapi ini bukan kolak biasa," tuturnya saat ditemui Tempo di halaman Masjid Jami' Sunan Dalem Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Gresik, Senin, 27 Juni 2016.

Pria asal Kecamatan Wringinanom, Gresik tinggal di Desa Gumeno pada tahun 1980. Sejak saat itu pula ia bergabung di tim peringatan tradisi yang dilestarikan sedari abad ke-15. "Waktu pertama mencicipi rasanya eneg, tapi lama-lama doyan," kata dia lalu tersenyum.

Kolak Ayam ialah masakan khas yang hanya dimasak warga Desa Gumeno setiap tanggal 22 bulan Ramadan atau malam menjelang puasa ke-23. Isinya ialah ayam kampung dimasak sampai empuk dan disuwir. "Kuahnya campuran dari kaldu ayam, santan, jintan, dan gula jawa yang diaduk bersamaan dengan daun bawang merah. Nanti dimakan dengan ketan, bukan nasi," kata Haji Untung.

Kata Kolak Ayam berasal dari bahasa Arab Kholaqul Ayyam yang artinya 'mencari berhari-hari'. Kala itu sekitar tahun 1540 Masehi, Sunan Dalem yang berdakwah di Desa Gumeno, mendirikan sebuah masjid. "Sunan Dalem itu putra pertama Sunan Giri, penyebar agama (wali) di Tanah Jawa," ujar ketua panitia tradisi Kolak Ayam tahun ini, Suudi.

Usai bekerja keras membangun masjid dan mempersiapkan perkampungan baru di sana, tiba-tiba ia jatuh sakit berhari-hari. Sakitnya Sunan Dalem turut membuat bingung para santri dan penduduk guna mencari obat penyembuhnya. Sehingga peristiwa penting ini dijuluki Sanggring, kependekan dari kata 'Sang' (raja, pemimpin) dan 'Gering' (sakit).

Lalu pada 22 Ramadan 946 Hijriah, Sunan Dalem mendapat petunjuk melalui mimpi perihal obat dari penyakitnya. Ia meminta beberapa lelaki mempersiapkan bumbu-bumbu sesuai mimpinya, yakni daun bawang merah, gula jawa, jintan dan santan kelapa. Para santri dan warga juga diminta mengumpulkan ayam jago berusia muda sebagai salah satu syarat bahan masakan.

Daging ayam dimasak di atas kuali dari tanah liat dengan api dari kayu bakar. "Yang boleh mempersiapkan dan memasaknya adalah laki-laki saja, mulai muda sampai tua. Sampai sekarang seperti itu, tidak berubah," tutur Suudi. Termasuk tak memasaknya dengan gas LPG.

Sambil menunggu Kolak Ayam matang, warga dipersilakan pulang ke rumahnya sembari menunggu waktu berbuka puasa. Baru pada sore harinya, seluruh warga, santri, dan Sunan Dalem berbuka puasa di masjid bersama-sama dengan membawa ketan. "Sunan Dalem lalu mengumumkan kalau dirinya sembuh. Sejak saat itu beliau mewasiatkan untuk menjaga tradisi kolak ayam ini setiap 'Malam Telulikur' (malam 23 Ramadan)."

Tahun ini, peringatan Tradisi Sanggring telah mencapai ke-491 kalinya. Setiap tahun sesuai tradisi, warga Desa Gumeno gotong royong patungan untuk membeli bahan-bahan kolak ayam. Total bahan yang diperlukan ialah 250 ekor ayam kampung, 35 kilogram jintan, 700 butir kelapa untuk diperas menjadi santan, 2 kuintal daun bawang merah, 5 kwintal gula jawa, serta 400 kilogram beras ketan. "Khusus ayam kampungnya diutamakan berasal dari ternak di desa kami."

Sesuai tradisi, semua anggota panitia dan juru masak merupakan kaum adam. Sekitar 80 orang didapuk terlibat sebagai panitia dengan 15 juru masak. Hanya pria dewasa dengan pengalaman mumpuni yang ditugaskan menjadi juru masak. Tujuannya agar resep kolak ayam benar-benar sesuai wasiat Sunan Dalem. "Sebelum memasak juga nggak pakai mantra-mantra tertentu, biasa saja. Pokoknya sesuai dengan ajaran Sunan Dalem, kami tidak berani mengubah-ubah," kata Suudi.

Tak hanya warga Gresik, puluhan tamu dari kabupaten sekitar seperti Lamongan, Tuban, Bojonegoro, sampai Surabaya juga mendatangi peringatan Tradisi Kolak Ayam. Suudi pun berharap generasi muda tertarik untuk berpartisipasi dan melestarikan tradisi tersebut. "Yang penting tidak mengurangi kekeramatan, warga jadi semangat beramal di bulan Ramadan, dan mereka antusias untuk menjamu tamu yang datang," ucapnya.

ARTIKA RACHMI FARMITA