Baju Koko yang Lagi Tren di Palu  

Baju Koko
Baju Koko

TEMPO.CO, Palu Tak lama lagi Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah akan tiba. Anak-anak muda di Kota Palu, Sulawesi Tengah, rupanya keranjingan baju muslim jenis koko lengan pendek, dengan motif simpel dan tidak bercorak. Selain itu, baju gamis dengan panjang hingga ke tumit juga sedang tren.

Konsumen mulai memburu baju koko muslim pada pertengahan Ramadan ini. Salah satu lokasi yang menjadi pusat pakaian muslim ramai dikunjungi pembeli adalah Kompleks Al-Khairaat Palu di Jalan Sis Aljufri, Palu Barat, Kota Palu. Wilayah tersebut, selain menjadi pusat pembelanjaan pakaian-pakaian muslim, juga menjadi salah satu wilayah wisata religi.

“Di wilayah ini, bukan hanya pakaian yang dijual, tapi juga berbagai kuliner berbuka puasa pada sore harinya,” kata Fadli, 40 tahun, penjual baju muslim di Jalan Sis Aljufri, kepada Tempo, Kamis, 23 Juni 2016.

Fadli mengatakan, sementara untuk tahun lalu, tren baju muslim yang dipilih cenderung baju gamis. Baju gamis kini mengalami penurunan permintaan dibanding tahun lalu. Namun Fadli mengaku baju gamis sudah memiliki pasar sendiri. “Pembelinya sudah pasti ada, dan gamis itu tidak pernah tidak laku, pasti laku,” ujarnya.

Baju-baju muslim yang dijual pedagang musiman di Jalan Sis Aljufri ini dibanderol Rp 135-200 ribu per potong untuk baju koko, sementara baju gamis dibanderol Rp 200-250 ribu.

Sebagian penjual baju muslim di Kompleks Al-Khairaat tersebut rata-rata barangnya didatangkan dari Jakarta dan Bandung. Pedagang mengaku memilih baju muslim untuk dijual sesuai model tren masa kini. Hal ini membuat banyak pengunjung tertarik untuk membeli karena modelnya sedang tren dan bermacam.

"Paling banyak itu anak muda di sini memilih model baju koko dengan kombinasi warna hitam dan putih, tidak bercorak banyak tapi simpel," tutur Zikra, salah satu penjual baju koko di Kompleks Al-Khairaat.

Fadli mengaku permintaan barang selama bulan Ramadan ini sangat rendah dibanding tahun lalu. Tahun ini sepertinya menurun. “Untuk puasa ini, omzet kita turun dibanding tahun lalu. Kalau tahun lalu, omzet sebulan masih bisa dapat Rp 50 juta, tapi saat ini kayaknya berkurang,” ucapnya. Fadli mengatakan, pada pertengahan puasa ini, omzetnya baru mencapai Rp 20 juta. 

Seorang pembeli baju koko di Kompleks Al-Khairaat, Andi Rifai, mengaku sangat suka berbelanja di kompleks perdagangan musiman tersebut. Selain tergolong murah, baju-baju yang dijual juga sesuai selera pembeli. “Kalau di sini banyak pilihan, mau suka baju koko atau gamis. Semua ada dengan berbagai model,” katanya.

Kendati demikian, Andri lebih memilih membeli baju koko daripada baju lainnya. “Baju koko lebih pas dipakai untuk saat ini. Selain tren, juga simpel saat dipakai,” ujarnya kepada Tempo saat membeli baju di salah satu pedagang baju muslim di Jalan Sis Aljufri itu.

Warga di kawasan Jalan Sis Aljufri sudah belasan tahun berjualan di lokasi tersebut, mengingat di kawasan ini banyak terdapat warga keturunan Arab. Para penjual biasanya menyediakan baju muslim, peci, mukena, jilbab, dan perlengkapan salat lainnya.

Seiring bertambahnya pengunjung, pedagang juga menyediakan makanan khas Lebaran atau menu berbuka puasa. Di sekitar Jalan Sis Aljufri, juga terdapat makam Sis Aljufri yang merupakan penyebar agama Islam di Kota Palu dan Sulawesi. Makam tersebut berada di sekitar Masjid Al-Khairaat yang ramai dikunjungi masyarakat menjelang bulan suci Ramadan.

AMAR BURASE