Pria Katolik Ini Bangunkan Muslim Israel untuk Santap Sahur  

Michel Ayoub, seorang Nasrani memegang drum saat membangunkan warga Muslim untuk sahur di Arce, Israel, 20 Juni 2016. Selama bertahun-tahun, Michel terbiasa membangunkan kaum Muslim di sekelilingnya untuk melaksanakan sahur di bulan Ramadan. REUTERS/Ammar Awad
Michel Ayoub, seorang Nasrani memegang drum saat membangunkan warga Muslim untuk sahur di Arce, Israel, 20 Juni 2016. Selama bertahun-tahun, Michel terbiasa membangunkan kaum Muslim di sekelilingnya untuk melaksanakan sahur di bulan Ramadan. REUTERS/Ammar Awad

TEMPO.COAcre - Michel Ayoub bangun setiap hari pukul 02.00 pagi waktu Israel selama Ramadan. Ia kemudian pergi ke jalan-jalan di kota tua Acre dengan rebana di tangannya untuk membangunkan umat Islam agar tidak terlambat makan sahur. 

Perannya sebagai mesaharati—seorang pria dengan drum khusus yang berkeliling kampung pada dinihari, membangunkan orang untuk makan sahur—adalah tradisi selama Ramadan di Acre. 

Ayoub menjalankan perannya itu sekalipun dia tidak menjalankan ibadah puasa. Ayoub penganut Katolik.

Pria Arab Israel berusia 39 tahun itu mengatakan dia tidak melihat kejanggalan saat melakukan aktivitasnya membangunkan warga muslim kota untuk sahur. "Kami adalah keluarga," kata Ayoub, yang memakai baju tradisional Levantine saat ia berjalan menyusuri gang-gang. 

Sebuah keffiyeh (scarf segi empat dengan motif kotak-kotak yang khas dan memiliki aksen rumbai pada pinggirannya) tersampir di bahu dan sorban hitam-putih diikatkan di kepalanya.

"Hanya ada satu Tuhan dan tidak ada perbedaan antara Kristen dan Islam," ujarnya, sebagaimana dilansir dari laman NDTV.

Saat menyusuri jalan, dia menyanyikan lagu-lagu. "Kalian, yang sedang tidur, hanya ada satu Allah yang kekal," demikian lagu itu terdengar, membangunkan warga muslim.

Saat itulah lampu rumah mulai menyala satu per satu. Beberapa kepala mendongak keluar dari jendela untuk menyambut dia dan mengatakan kepadanya mereka sudah mendengar seruannya yang membangunkan mereka untuk sahur. Selama bulan suci Ramadan, umat Islam tidak makan dan minum sejak matahari terbit sampai matahari terbenam.

Tradisi mesaharati sempat menghilang dari Acre sampai akhirnya Ayoub, yang bekerja di bidang konstruksi, menghidupkan kembali tradisi itu 13 tahun lalu. Dia mengatakan itu adalah cara untuk melestarikan warisan kakeknya.

Dia mengatakan kakeknya seorang Katolik yang taat, bahkan ikut mendengarkan pembacaan Al-Quran setiap hari Jumat selama hidupnya. Karena alasan itu, Ayoub mengatakan ia dibesarkan dengan pengetahuan tentang agama-agama lain dan perilaku menghormati keyakinan berbeda.

Dengan mengusung tradisi mesaharati, ia membantu saudara-saudara muslim yang menahan lapar dan haus selama bulan puasa.

Acre, kota tempat bermukim Ayoub, adalah kota tua berdinding, lengkap dengan benteng yang terawat baik, masjid, dan kamar mandi. Kota ini dijadikan situs warisan dunia oleh UNESCO. Kota kuno itu terletak di barat laut Israel, menghadap ke Laut Mediterania.

Sekitar 28 persen penduduk Acre adalah warga Arab Israel. Mereka dulunya warga Palestina yang menetap di kota itu setelah tahun 1948. Sebagian besar penduduk Kota Acre adalah muslim.

NDTV.COM | MECHOS DE LAROCHA