Ramadan, Kapal Tol Laut Angkut 1.800 Ton Garam dari NTT  

Ilustrasi garam. ANTARA/Saiful Bahri
Ilustrasi garam. ANTARA/Saiful Bahri

TEMPO.COKupang - Kapal tol laut Clarisa, Senin, 20 Juni 2016, mengangkut sebanyak 1.800 ton garam curah dari Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, menuju Surabaya, Jawa Timur.

Bupati Sabu Raijua Marthen Dira Tome menjelaskan, 1.800 ton garam curah itu untuk memenuhi kebutuhan garam nasional saat Ramadan. "Ada sekitar 1.800 ton yang akan diangkut kali ini," katanya kepada Tempo, Senin, 20 Juni 2016.

Menurut Marthen, pengangkutan garam dengan kapal tol laut sudah dilakukan beberapa kali. Namun baru kali ini garam yang diangkut dalam jumlah yang cukup besar. Sebelumnya hanya sekitar 400 ton karena kapasitas kapal tol laut yang kecil.

Sebelumnya Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua telah mengirim 2.000 ton garam ke Kalimantan untuk memenuhi kebutuhan garam di daerah itu. Namun pengangkutannya bukan dengan kapal tol laut, melainkan kapal biasa.

Marthen menjelaskan, pihaknya telah mengembangkan tambak garam di Pulau Sabu Raijua di lahan seluas 180 hektare. Dari ladang itu bisa diproduksi 45 ton garam per hektare. Dia berencana terus mengembangkan tambak garam hingga 2.000 hektare karena lahan di Pulau Sabu Raijua masih cukup.

Dia mengatakan Presiden Joko Widodo telah menjadikan Provinsi Nusa Tenggara Timur sentra produksi garam di Indonesia. Karena itu, Mathen menyambut baik kebijakan itu dengan merealisasikannya di lapangan. "Kami berterima kasih kepada Presiden Jokowi karena ada kapal tol laut sehingga garam kami bisa diangkut ke Surabaya," ucapnya.

Salah seorang petani garam di Kampung Bali, Sabu Timur, Daniel Kitu, mengatakan di daerahnya terdapat tambak garam dengan luas mencapai 19 hektare. Sekali produksi per 10 hari, bisa dihasilkan 45 ton garam. Dalam sebulan bisa mencapai 1.060 ton. "Semua warga di daerah ini bekerja di tambak garam," tuturnya.

YOHANES SEO