Watu Jago, Jalur Alternatif Mudik untuk Hindari Kemacetan Pantura

Pemudik dengan kendaraan roda dua membawa anaknya saat melintasi jalur pantura di Karawang, 14 Juli 2015. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pemudik yang menggunakan sepeda motor tidak membawa anak, karena sangat membahayakan. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Pemudik dengan kendaraan roda dua membawa anaknya saat melintasi jalur pantura di Karawang, 14 Juli 2015. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pemudik yang menggunakan sepeda motor tidak membawa anak, karena sangat membahayakan. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.COBojonegoro - Kawasan Watu Jago, yang menghubungkan jalur selatan dengan utara, bisa menjadi alternatif untuk menghindari kemacetan di pesisir Pantai Utara Jawa pada mudik Lebaran 2016. Jalur itu melewati Kabupaten Ngawi-Bojonegoro, Jawa Timur, dan Blora-Rembang, Jawa Tengah.

Kepolisian Resor Bojonegoro menempatkan pos penjagaan di kawasan Watu Jago. Kawasan ini, delapan tahun silam, rawan tindak kejahatan. Seperti aksi bajing loncat atau pencurian dengan kekerasan. Tapi, setelah jalur ini ramai dan terdapat pos polisi, di antara Kecamatan Margomulyo dan Ngraho, aksi kejahatan bisa ditekan.

“Ya, jelas, kami tempatkan polisi,” ujar juru bicara Polres Bojonegoro, Ajun Komisaris Suyono, kepada Tempo, Jumat, 17 Juni 2016. Dia menyebutkan, dari H-7 hingga H+7, polisi telah menyebar di jalur-jalur yang dilalui pemudik.

Jalur Watu Jago melintasi hutan di Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro. Lokasi jalannya berkelok turun-naik dengan panjang sekitar 6 kilometer. Jalur ini berada di tengah-tengah Kecamatan Padangan, Bojonegoro-Ngawi, dengan panjang sekitar 38 kilometer. Posisinya berada di tengah-tengah yang menghubungkan jalur selatan dengan jalur Pantai Utara. Pada Lebaran, jalur ini tiap tahun menjadi langganan dilewati para pemudik. Jalur ini juga bisa menghubungkan sejumlah kota di jalur selatan. Yaitu Sragen, Solo, serta Madiun, Kediri, hingga Jombang.

Sedangkan jika dari jalur Pantura, tepatnya di Rembang, Jawa Tengah, bisa lewat Blora, kemudian ke timur hingga Cepu. Selanjutnya, pemudik bisa memilih jalur selatan lewat kawasan Watu Jago, atau langsung ke timur, menuju Kota Bojonegoro, Babat, Lamongan, hingga Surabaya.

Pada Lebaran lima tahun terakhir ini, jalur Ngawi-Bojonegoro-Cepu mulai menjadi langganan para pemudik. Jalur ini mempersingkat jarak dari Surabaya ke Semarang sepanjang 290 kilometer, berkurang sekitar 15 kilometer. Jalur tengah Watu Jago juga menjadi alternatif jika kawasan jalan di Pantai Utara padat. “Saya hampir tiap kali mudik lewat jalur Watu Jago,” ujar Nur Cholis, pemudik asal Bojonegoro, yang tinggal di Bandung, kepada Tempo, Jumat, 17 Juni 2016.

Selain jalur Watu Jago, pemudik di jalur Pantura, tepatnya di Tuban, bisa menggunakan jalur tengah. Yaitu penghubung antara Kota Tuban dan Kota Bojonegoro berjarak sekitar 60 kilometer. Jalur ini melewati lima kecamatan, yaitu Semanding, Plumpang, Rengel, Soko, dan Bojonegoro. Jalur ini juga bisa menghubungkan Pantura dengan kawasan kota-kota di selatan dan Surabaya.

SUJATMIKO