Kisah Nabi: Belajar Islam dengan Kejujuran  

Editor

Suseno TNR

sxc.hu
sxc.hu

TEMPO.CO - Diriwayatkan pada zaman Rasulullah SAW, ada seorang pemuda yang begitu tertarik masuk Islam. Apalagi orang-orang di sekitarnya banyak yang sudah masuk Islam. Ia menyaksikan para tetangganya menjadi muslim yang hidup dalam ketenteraman dan kedamaian.

Namun ada hal yang mengganjal yang membuat ragu pemuda tersebut, yaitu kebiasaannya yang termasuk perbuatan maksiat akan dilarang oleh Rasulullah SAW. Jadi ia pun ragu-ragu, ingin menemui Nabi untuk menyatakan niatnya memeluk Islam atau tak usah menemuinya sama sekali.

Namun rasa penasaran mengalahkan keraguannya. Pemuda tersebut menemui Rasulullah SAW di sebuah majelis dan mengutarakan niatnya memeluk Islam. 

Pemuda tersebut merasa senang karena ternyata Rasulullah SAW tidak menyinggung soal kebiasaannya tersebut. Rasulullah hanya memberikan satu syarat kepada pemuda tersebut, yaitu "jangan berbohong!".

"Islam ternyata memang mudah. Rasulullah hanya menyuruh saya untuk tidak berbohong," kata pemuda itu bergumam dengan hati yang lega.

Sampai akhirnya datang hasrat pemuda tersebut untuk berzina, salah satu kebiasaannya yang sulit ditinggalkan. Ketika akan melakukannya, ia teringat pesan Nabi, "Nanti kalau Rasulullah bertanya dari mana saya, lalu apa jawab saya? Saya pasti akan berkata seadanya. Sebab, Nabi melarang saya untuk berbohong," katanya dalam hati. Jadi niat berzina pun urung dilakukan. Begitu seterusnya. Setiap kali muncul niatnya melakukan hal-hal yang bersifat maksiat, setiap kali pula ia berhasil meredamnya.

Akhirnya pemuda tersebut sadar, bahwa hal yang dianggapnya mudah itu adalah cara yang secara halus diajarkan Rasulullah SAW agar ia tidak melakukan kebiasaan-kebiasaan buruknya.

*) Pelbagai Sumber | Danni M (PDAT)