Berburu Makanan Tradisional di Pasar Pabukoan

Editor

Zed abidien

Lemang. TEMPO/Febrianti
Lemang. TEMPO/Febrianti

TEMPO.COPadang - Warga mulai terlihat memadati sudut kanan Ruang Taman Hijau Imam Bonjol, Kota Padang, Sumatera Barat, Senin kemarin. Mereka mencari makanan di Pasar Pabukoan untuk disantap saat berbuka puasa. Pasar Pabukoan juga berarti penganan berbuka.

Menjelang berbuka, pasar yang dibangun dari tenda itu semakin ramai. Masyarakat terlihat asyik melihat makanan yang tersaji di lapak pasar itu. Pasar ini buka pukul 14.00 hingga 18.30. Aneka makanan dan minuman tersedia di sini, terutama makanan tradisional.

Beberapa sajian yang tersedia di antaranya rendang, dendeng balado, tunjang (daging kaki sapi), ayam goreng, gulai ikan, ikan bakar, limpa, hati, dan aneka lauk pauk. Juga ada berbagai jenis masakan sayur-sayuran, seperti gado-dago, gulai kangkung, gulai pucuk ubi, anyang pepaya, dan gulai kapau, yang berisi nangka, kol, serta kacang panjang dan disiram kuah gulai kuning.

Di sini juga ada aneka takjil khas Sumatera Barat, misalnya lamang tapai. Makanan khas ini terasa manis dan asam. Nikmat untuk dijadikan menu berbuka puasa. Selain itu, ada lapek bugis, ondeh-ondeh, perkedel jagung, dan kolak.

Hendra, salah seorang warga Kota Padang, sengaja menyempatkan diri datang ke Pasar Pabukoan sepulang kerja. Sebab, kata dia, banyak makanan yang tersaji di sini. Sehingga, ia gampang memilih makanan yang akan disajikan di rumahnya saat berbuka puasa. "Mencari sambal dan takjil," ujarnya kepada Tempo, Senin, 13 Juni 2016.

Namun, kata dia, Pasar Pabukoan tahun ini tidak seramai tahun lalu. Penjual makanan sepertinya berkurang dari sebelumnya.

Warga lainnya, Yet, 45 tahun, mengaku Pasar Pabukoan memudahkannya mencari makanan untuk berbuka puasa. Apalagi yang ada di sini masakan tradisional.

Bagi pedagang, Pasar Pabukoan merupakan berkah di bulan Ramadan. Mereka bisa mendapatkan penghasilan dua kali lipat dari biasanya.

Misalnya, Dasril, 53 tahun. Pedagang takjil ini menjual lapek bugis, ondeh-ondeh, dan lopis. Untuk lapek bugis saja, ia bisa mendapat penghasilan Rp 1,5 juta sehari.

Sehingga, tak heran jika selama bulan puasa, Dasril meninggalkan pekerjaannya di bengkel. Ia lebih memilih menyewa lapak di Pasar Pabukoan ini.

Harga sewa lapak di sini sekitar Rp 800 ribu per titik. Pedagang bisa menggunakan fasilitas tenda, meja, dan lampu selama bulan Ramadan.

Pedagang nasi kapau, Lili, 40 tahun, juga memilih berjualan di Pasar Pabukoan selama bulan Ramadan. Malah ia menyewa dua titik seharga Rp 1,6 juta selama Ramadan di sini. Biasanya dia menjual nasi kapau di kawasan Sawahan, Kota Padang.

Adapun masakan yang laris terjual di sini, kata dia, adalah tunjang, dendeng batokok, gulai ikan, dan rendang. Dalam sehari, ia bisa menjual 60 ekor ikan. "Hari biasa biasanya hanya 20 ekor," ujarnya.

Dalam sehari itu, Lili juga bisa menjual daging dendeng dan rendang sekitar 12 kilogram. Biasanya hanya terjual sekitar enam kilogram daging.

ANDRI EL FARUQI