Puasa Dapat Memperpanjang Umur, Begini Penjelasan Medisnya  

TEMPO/Budi Yanto
TEMPO/Budi Yanto

TEMPO.COBandung - Dokter  spesialis penyakit dalam (sub-endroksin) Rumah Sakit Hasan Sadikin  Bandung, Miftah Rahmat, mengatakan banyak manfaat puasa dari sisi medis. Salah satunya penyakit metabolik yang tidak menular, seperti diabetes melitus dan asam urat, yang bisa membaik ketika pasien berpuasa.

“Kalau tidak puasa, kita biasa makan seadanya atau seenaknya. Puasa mengatur pola makan kita,” ujar dia, Senin, 13 Juni 2016.

Khusus di bidang penyakit dalam, berpuasa selama sebulan seperti mencuci kelebihan beban metabolisme tubuh yang bertumpuk selama 11 bulan sebelumnya. Timbunan sisa metabolisme tubuh itu berupa kolesterol, gula darah, dan asam urat. “Selama puasa, tubuh kita dilatih menetralkan kelebihan beban metabolisme tersebut,” kata Miftah. 

Selain itu, berpuasa menyebabkan perubahan fungsi sel, gen, dan hormon. Saat orang berpuasa, terjadi penurunan kadar insulin dan peningkatan kadar glukagon. Kedua, hormon tersebut merupakan pengatur kadar gula dalam tubuh. “Proses ini menyebabkan pembakaran lemak yang selama ini tertimbun sehingga berangsur akan berkurang,” ujarnya.

Secara teoretis, kata dia, puasa juga dapat meningkatkan hormon pertumbuhan. Pada orang yang tidak bisa tumbuh lagi, hormon itu akan meregenerasi atau memperbaiki fungsi sel tubuh. Dampaknya, tubuh menjadi lebih segar. 

“Di tingkat sel atau gen dan molekulnya, terjadi perubahan juga. Imunitas tubuh jadi lebih kuat. Dan, secara teoretis, puasa itu memperpanjang umur,” ucap Miftah. 

Dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin Rumah Sakit Hasan Sadikin, Kartika Ruchiatan, menuturkan puasa tidak menyebabkan kulit kering. “Kulit kering biasanya terkait dengan cuaca, bukan puasa,” katanya.

Orang yang berpuasa, ujar Kartika, mendapat keuntungan karena kulit menjadi lebih sehat sebagai dampak proses perbaikan sel tubuh.

ANWAR SISWADI | DWI RENJANI