Menjelang Lebaran, Kota Bekasi Diserbu Rentenir  

Editor

Zed abidien

Ilustrasi mata uang rupiah. REUTERS/Beawiharta
Ilustrasi mata uang rupiah. REUTERS/Beawiharta

TEMPO.CO, Bekasi - Menjelang Lebaran 2016, sejumlah rentenir yang meminjamkan uang dengan suku bunga tinggi mulai marak di Kota Bekasi, Jawa Barat. Mereka mengiming-imingi calon nasabah dengan kemudahan mendapatkan uang pinjaman untuk memenuhi kebutuhan Lebaran. "Saya ditawari pinjaman Rp 5 juta," kata pemilik warung di Jalan Juanda, Bekasi Timur, Sutini, 35 tahun, Selasa, 14 Juni 2016.

Namun ia menolak lantaran bunga yang dipatok cukup tinggi, yaitu 10 persen lebih, dengan cicilan minimal delapan kali pembayaran. Jika dihitung-hitung, untuk pinjaman Rp 5 juta, ia harus mengembalikan uang hingga Rp 8 juta. "Ini mah nyekik namanya, bunganya separuh lebih dari pinjaman," kata perempuan asal Sukabumi ini.

Menurut dia, iming-iming persyaratan yang ditawarkan para rentenir cukup menggiurkan. Hanya identitas pribadi atau keluarga dan keterangan tempat tinggal. Namun, konsekuensinya, bila telat membayar cicilan atau tidak membayar, akan ada penyitaan barang sesuai dengan nilai cicilan. "Syaratnya gampang, tapi risikonya berat," ucapnya.

Warga lain, Sulastri, 40, hampir setiap hari mendapatkan pesan pendek dari nomor tidak dikenal ihwal pinjaman dana segar untuk kebutuhan Lebaran itu. Meski begitu, ia mengabaikan pesan tersebut karena menganggap pinjaman yang ditawarkan cukup memberatkan peminjam. "Persyaratannya mudah, tapi nilai pengembaliannya tinggi," tutur warga Rawalumbu ini.

Sulastri mengaku heran mendapatkan pesan tersebut. Padahal ibu tiga anak ini mengaku tak pernah menyebarkan nomornya ke orang lain. Ia menduga, penjual pulsa telah membocorkan nomor telepon selulernya ke rentenir untuk mempromosikan pinjaman uang. "Saya sudah kapok berurusan dengan rentenir karena nilai pengembalian sangat besar," kata pedagang nasi uduk ini.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bekasi Aceng Solahudin mengaku, menjelang Lebaran, rentenir mulai marak di wilayahnya. Soalnya, kebutuhan masyarakat semakin meningkat. "Tingkat konsumsi masyarakat dimanfaatkan rentenir," tutur Aceng kepada Tempo.

Untuk itu, dia mengimbau masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan iming-iming para rentenir. Soalnya, pinjaman yang ditawarkan cukup memberatkan karena nilai bunganya tinggi. "Kami tidak bisa melarang karena itu merupakan kesepakatan antara peminjam dan yang meminjamkan," kata Aceng.

ADI WARSONO