Gotong Royong Menyediakan Takjil di Masjid Jogokariyan

Sejumlah ib pengurus masjid menyiapkan hidangan buka puasa bersama di Masjid Jogokaryan, Yogyakarta, 9 Juni 2016. Hidangan tersebut nantinya akan dibagikan kepada jamaah yang akan berbuka puasa di masjid tersebut. TEMPO/Pius Erlangga
Sejumlah ib pengurus masjid menyiapkan hidangan buka puasa bersama di Masjid Jogokaryan, Yogyakarta, 9 Juni 2016. Hidangan tersebut nantinya akan dibagikan kepada jamaah yang akan berbuka puasa di masjid tersebut. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Yogyakarta - Rabu pekan lalu, Sri Lestari bersama dengan ibu-ibu lainnya sibuk memasak soto ayam. Itu adalah menu takjil untuk berbuka puasa di Masjid Jogokariyan. Dari takmir masjid, ia mendapatkan subsidi lauk pauk sebesar Rp 5 juta.

Meski sebenarnya, pengeluaran untuk membeli bahan-bahan soto mencapai Rp 7 juta. Kekurangan Rp 2 juta, ditutup dari swadaya ibu-ibu di kelompok dasawisma yang ia pimpin. “Tidak semuanya dalam bentuk uang, ada yang menyumbang tenaga,” katanya kepada Tempo.

Kesibukan Sri dan ibu-ibu di Kampung Jogokariyan itu merupakan bagian dari penyelenggaraan Kampung Ramadan oleh Takmir Masjid Jogokariyan. Ramadan kali ini merupakan tahun ke-12 Kampung Ramadan, bertepatan dengan ulang tahun masjid ke-50.  Tahun ini tema yang diusung adalah Berdakwah Membangun Kampung Indonesia.

Yusna Septian, Ketua Panitia Kampung Ramadhan Masjid Jogokariyan, pemilihan tema tersebut untuk menghapus stigma pemisahan antara orang kampung dan orang masjid yang selama ini terbangun. “Kami menginginkan orang kampung itu juga orang masjid, orang masjid juga orang kampung,” katanya.

Demi mensukseskan tema tersebut, takmir mengajak partisipasi ibu-ibu yang tergabung dalam Dasawisma untuk menyediakan takjil bagi jamaah masjid. Ada 30 kelompok Dasawisma. Pembagian kelompok yang terdiri atas 10 – 20 orang ini dilakukan langsung oleh Aisyiah Ranting Jogkariyan.

Setiap kelompok bertugas menyediakan lauk pauk untuk takjil. Soal menu, sepenuhnya diserahkan kepada  masing-masing kelompok. Meski begitu, takmir tetap memantau agar tidak ada menu yang sama berturut-turut. Kegiatan memasak ini dilakukan secara bergilir. Sedangkan nasi, sudah dipersiapkan oleh takmir di masjid. “Untuk jumlahnya kami rata-rata 1200-1500 porsi per hari,” katanya.

Takjil dalam bentuk makanan besar sebagian besar disediakan dengan menggunakan piring. Pilihan ini dilakukan untuk promosi ramah lingkungan. Karena selama ini ketika takjil disediakan dengan menggunakan dus atau dalam bentuk bungkusan, sering kali sampah berserakan di sekitar masjid. Untuk acara ini, takmir menyiapkan anggaran Rp 196 Juta. Dana itu untuk subsidi lauk pauk, gas, beras, gula, buah dan operasional.

BETRIQ KINDY ARRAZY