Menjelang Lebaran, Rentenir Makin Merajalela di Depok  

Editor

Suseno TNR

Ilustrasi mata uang rupiah . REUTERS/Beawiharta
Ilustrasi mata uang rupiah . REUTERS/Beawiharta

TEMPO.CODepok - Kepala Bidang Koperasi Kota Depok, Jawa Barat, Matteo Dasilva mengatakan praktek rentenir semakin marak di wilayah ini. Para pemberi utang dengan bunga tinggi itu memanfaatkan kebutuhan masyarakat pada Ramadan dan Lebaran. "Rentenir meminjamkan uang tunai dengan bunga di atas 10 persen," kata Matteo, Kamis, 9 Juni 2016.

Pemerintah kesulitan mencegah praktek rentenir lantaran tidak punya kewenangan untuk menindak mereka. Bahkan polisi pun tidak bisa berbuat banyak apabila tidak ada unsur pidana dalam praktek tersebut. 

Matteo mengatakan pernah bertemu rentenir yang memberi pinjaman dengan bunga tinggi di pasar. "Jadi, bila seseorang meminjam Rp 1 juta, dia harus mengembalikan Rp 1,6 juta dalam waktu enam bulan," katanya.

Menurut dia, praktek rentenir bisa tumbuh karena gaya hidup masyarakat yang konsumtif. Masyarakat selama ini menganggap Lebaran identik dengan baju baru. "Warga rela meminjam duit ke rentenir untuk membeli busana yang serba baru," ujarnya. 

Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok Muhammad HB mengatakan banyak bank keliling berkedok koperasi berbunga tinggi. Tak tanggung-tanggung, para lintah darat yang menawarkan pinjaman mematok bunga sebesar 20 persen setiap bulan. 

Muhammad menuturkan, bank keliling menjamur di semua kecamatan yang ada di Depok. Modus mereka berkedok koperasi simpan pinjam. Para rentenir mendatangi rumah-rumah warga dan meminjamkan uang dengan iming-iming proses mudah. "Sudah marak sekali bank keliling di Depok. Dewan sudah mendapatkan puluhan keluhan warga yang menjadi korbannya," katanya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Koperasi, di Depok hanya membolehkan bunga pinjaman tidak lebih dari tiga persen. Namun yang dilakukan bank keliling berkedok koperasi sudah kelewat batas. "Mereka harus dibubarkan," ujarnya.

IMAM HAMDI