Beginilah Suasana Ramadan Warga Mesir di Yunani

Editor

Natalia Santi

Bulan terbit dari balik kuil Poseidon, dewa laut Yunani kuno, ketika sejumlah wisatawan menikmati pemandangan matahari terbenam di Semenanjung Sounion, sekitar 60 km timur Athena, Yunani, Sabtu (22/6). REUTERS/Yannis Behrakis
Bulan terbit dari balik kuil Poseidon, dewa laut Yunani kuno, ketika sejumlah wisatawan menikmati pemandangan matahari terbenam di Semenanjung Sounion, sekitar 60 km timur Athena, Yunani, Sabtu (22/6). REUTERS/Yannis Behrakis

TEMPO.CO, Athena - Sebagian besar umat muslim di Yunani merupakan keturunan Mesir. Menurut Pew Research Center, ada sekitar 527 ribu warga Muslim tinggal di negeri itu. Bagaimana mereka menjalani Ramadan di Eropa?

Mohamed, seorang warga keturunan Mesir yang tinggal di Athena mengatakan, "Saya semula memang khawatir bahwa saya tidak akan mampu menjalani pekerjaan dan berpuasa, tapi sekarang saya yakin itu akan baik-baik saja." Dia menambahkan, "Tidak ada perbedaan dalam cara saya merayakan Ramadan di sini dan bagaimana saya merayakannya di negara asal saya, Mesir. Puasa sama di mana-mana. "

Tapi Mervat, seorang warga Yunani keturunan Mesir lain, punya pendapat berbeda. Menurutnya, "Ada perbedaan. Di Mesir kami merayakannya sepanjang hari. Orang-orang bisa merasakan berada dalam suasana meriah. Itu sesuatu yang saya rindukan dari kediaman saya." Dia sendiri sudah tinggal di Athena lebih dari 40 tahun.

Pendapat Mervat mungkin subyektif. Kenyataannya, seperti dilansir dari laman Anadolu Agency, Selasa, 7 Juni 2016, pada Ramadan ini, pusat kota Athena dan sejumlah daerah seperti Kolonos, Metaxourgeio, di mana sebagian besar penduduknya adalah  Muslim Arab, ada sentuhan berbeda selama bulan suci ini.

Toko-toko tampak dihiasi dengan lentera tradisional Ramadan yang biasa disebut Fanoos. Malam hari, ada aroma Timur Tengah yang menyengat di udara, dari asap rokok pipa tradisional Turki yang ditiupkan dari mulut pengunjung toko setelah berbuka puasa.

Ahmed, warga keturunan Mesir yang selama hampir dua dekade bekerja di sebuah toko setempat, mengatakan: "Yunani sangat mirip dengan adat dan tradisi negara asal kami. Mereka menghormati saya yang sedang berpuasa," katanya.

Dia juga mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa Ramadan di Yunani dapat menyenangkan seperti di Mesir. "Kami bersama-sama dengan teman-teman dan keluarga saat berbuka puasa. Itu adalah acara sosial bagi kami, kami mempersiapkan dan makan makanan kami bersama-sama, bersosialisasi dan menghabiskan waktu bersama," katanya.

Ahmed, yang memiliki dua anak yang kini belajar di sekolah Yunani, mengatakan bahwa puasa selama Ramadan mengingatkan dia pada negara asalnya dan menghubungkan dia pada akar sejarahnya. "Saya tidak merasa wajib berpuasa, tapi saya ingin melakukannya (berpuasa), karena ini adalah apa yang menghubungkan saya dengan tradisi saya."

ANADOLU AGENCY | MECHOS DE LAROCHA