Mengintip Panorama Angkasa dari Beragam Lensa

Gerhana Bulan Penumbra tampak dari Deli Serdang, Sumatra Utara, 23 Maret 2016. Fenomena alam tersebut terjadi ketika seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram. ANTARA/Irsan Mulyadi
Gerhana Bulan Penumbra tampak dari Deli Serdang, Sumatra Utara, 23 Maret 2016. Fenomena alam tersebut terjadi ketika seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram. ANTARA/Irsan Mulyadi

TEMPO.CO, Bandung - Astronom amatir dan penggemar foto astronomi memamerkan 30 karya panorama angkasa. Obyeknya mayoritas proses atau fase gerhana matahari total yang terjadi pada 9 Maret 2016. Sebagian lagi mengabadikan kumpulan benda langit di gugus galaksi Bima Sakti.

Pameran foto berjudul “Chasing the Shadow” tersebut mengiringi perhelatan International Symposium on Sun, Earth and Life (ISSEL) di aula timur ITB, Jumat hingga Sabtu, 3-4 Juni 2016. Berdampingan dengan pameran foto, dipajang poster-poster penelitian tentang astronomi dan gerhana matahari. Seperti halnya para ilmuwan, pengunjung terlibat diskusi dengan fotografer yang hadir di sela sesi paparan makalah.

Fotografer Ronny Syamara, yang menampilkan empat karya foto gerhana matahari total, merekam fase sepuluh gerhana terangkai dari kiri ke kanan. Karya berjudul Manik-manik Baily tersebut mengabadikan momen lima detik berharga sebelum bulan menutup total piringan matahari.

Ia memotretnya di Palu, Sulawesi Tengah, pada pukul 08.37 Wita. Dalam gambar, terlihat tiga titik sinar matahari seperti manik-manik di bagian kiri yang kemudian menghilang hingga menyisakan garis putih tipis di sekeliling piringan bulan.

Foto serupa, tapi hanya tunggal, direkam pula oleh astronom amatir, Muchlas Arkanuddin, 54 tahun. Dosen Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta itu berburu foto gerhana matahari total di Ternate. Sebelumnya, pada gerhana matahari total 1983, ia bersama 30 mahasiswa di Yogyakarta berburu foto ke Pantai Parangtritis. “Acara kami dibubarkan polisi karena zaman itu melihat gerhana (merupakan kegiatan) terlarang,” ujarnya kepada Tempo.

Fotografer lainnya, seperti Fikry Maulana, merekam galaksi Bima Sakti di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara. Sedangkan Muhammad Rayhan, yang memotret gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mendapat hasil foto yang unik.

Ceritanya, menjelang gerhana total, muncul awan tipis yang menutupi pandangan para pengamat di sana. Setelah difoto, ketika fase cincin berlian (diamond ring), tercipta efek warna pelangi dari awan tipis yang tersorot sedikit cahaya matahari menjelang fase total.

Selain menghasilkan puluhan kajian dan bahan riset, gerhana matahari total 2016 di Indonesia memunculkan foto-foto unik sesuai dengan lokasi dan kondisi cuaca di daerah pengamatan.

ANWAR SISWADI