Melongok Masjid Tiban Bergaya Arsitektur Eropa dan Arab Cina

Masjid Tiban, Malang. blog.ub.ac.id
Masjid Tiban, Malang. blog.ub.ac.id

TEMPO.CO, Malang: Sebuah pesantren bergaya arsitektur perpaduan etnik Cina, Eropa, Jawa, dan Arab berdiri di Malang. Pesantren ini terletak di Jalan KH. Wahid Hasyim Gang Anggur nomr 10 RT 07 RW 06 Desa Sananrejo Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Dari Kota Malang berjarak sekitar 25 kilometer arah selatan. Namanya Pesantren Bihaaru Bahri ‘Asali Fadhlaailir Rahmah atau yang tersohor dengan sebutan masjid tiban, artinya muncul dari dasar tanah secara tiba-tiba.

Sebuah benteng dengan pintu gerbang berukuran raksasa bakal menyapa Anda saat memasuki lingkungan pesantren. Melongok lebih jauh tampak bangunan berlantai 10, bercat warna-warni terkesan menyolok menghiasi setiap sudut bangunan. Ornamen etnik terlihat menempel indah di setiap dinding bangunan.

Lantai dasar pesantren difungsikan untuk musala, tempat wudhu dibangun sangat indah berbentuk persegi empat. Air wudhu diambil dari sumur tua yang airnya konon serasa air zam-zam. Menuju ke musala di lantai dua harus menyusuri lorong. Sementara di lantai tiga pengunjung bisa menikmati aquarium ikan hias.

"Seluruh desain bangunan digarap mendiang Romo Kiai Ahmad, tak ada arsitek yang terlibat," kata santri asal Bantul, Yogyakarta, Sulthon. Kiai Ahmad yang dimaksud adalah Kia Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al Mahbub Rahmat Alam, akrab disapa Romo Kiai Ahmad. Lantai empat berfungsi sebagai rumah tinggal pengasuh pesantren. Termauk pengasuh pesantren yakni tiga anak mantunya Kiai Haji Ahmad Hasan, Gus Syukur, dan Gus Akhmal.

Lantai lima dilengkapi mimbar dan pelaminan pernikahan. Serta dilengkapi sensor gerak di kawasan ini, sehingga setiap orang yang masuk akan direspon sensor. Alasannya, bangunan ini hanya digunakan untuk acara khusus seperti peringatan hari besar Islam, salat Idul Fitri, tasyakuran dan pernikahan massal.