Tak Ada Lebaran di Simpang Jomin  

Editor

Zed abidien

Pemudik berkendaraan motor melintasi kawasan Simpang Jomin, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis, 16 Juli 2015.Kawasan yang biasanya macet parah pada saat arus mudik kini sepi, setelah jalan Tol Cipali beroperasi. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Pemudik berkendaraan motor melintasi kawasan Simpang Jomin, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis, 16 Juli 2015.Kawasan yang biasanya macet parah pada saat arus mudik kini sepi, setelah jalan Tol Cipali beroperasi. TEMPO/Dhemas Reviyanto

Imbas Simpang Jomin yang tak macet, pemudik tak lagi melirik kopi, makanan, dan fasilitas toilet. Biasanya ratusan gelas kopi panas mampu ia jual saban harinya. Namun kini hanya laku 10 gelas tiap hari saja sudah untung. "Tahun lalu sudah dapat Rp 2 juta H-1 sebelum Lebaran, sekarang Rp 1 juta saja belum dapat,” ujar Ridho.

Pria 42 tahun ini bahkan membeberkan cerita yang lebih ironis. Lebaran tahun lalu, dia bisa menghabiskan tiga dus mi instan cepat saji. Sementara saat ini setengah dus saja belum laku. Lebih nahas lagi, kata dia, koleganya yang berdagang nasi campur. Dua ratus bungkus nasi sudah siap dijual, seperti halnya tahun lalu yang laris. Sialnya, hanya sedikit pemudik motor yang mampir dan hanya 40 bungkus yang laku. “Sisanya dia buang,” Ridho menuturkan.

Setali tiga uang dengan Afif Ahmad, warga yang membuka jasa toilet umum di Simpang Jomin. Menurut dia, pemudik motor selalu ramai menyerbu jasa yang dia sediakan. Tahun lalu, toiletnya yang sepekan dibuka sebelum Lebaran bisa menghasilkan duit hingga Rp 4 juta. Pompa air, kata dia, tak pernah berhenti beroperasi. “Sekarang Rp 200 ribu saja enggak dapat,” ujar pria 32 tahun ini.

Afif bahkan mengakui bila Simpang Jomin sudah berubah sejak kehadiran Tol Cipali. Kondisi yang menurut dia meniadakan makna mudik yang identik dengan kemacetan. “Tak ada Lebaran di Simpang Jomin,” kata Afif.

RAYMUNDUS RIKANG

Baca juga:

Ribut Polisi Vs KY, Buya Syafii: Negara Gali Kubur Sendiri! 
Budi Waseso Dinilai Sudutkan Syafii, Muhammadiyah Dihina?