TEMPO.CO, Jakarta - Nama Anniesa Hasibuan melambung sebagai desainer sejak mengikuti peragaan busana bertajuk "Ziryab Fashion Show-Kaftan Festival 2015" di Westfield, London, Inggris, pada Maret 2015. Di acara itu Anniesa memamerkan sejumlah busana muslimah dengan kaftan bertema Timur Tengah.
Menjadi desainer seperti sekarang ini, bagi Anniesa tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dara kelahiran Jakarta, 30 Juli 1986 ini harus bercucuran keringat dan air mata hingga bisa seperti sekarang ini. Bahkan, Anniesa dan suaminya, Andika Surachman, pernah melarat selama tiga tahun dengan berjualan hamburger dan pulsa.
Setelah melewati banyak cemoohan, kegagalan, bahkan penipuan, Anniesa dan Andika berhasil mendirikan First Travel, agen yang melayani perjalanan umrah. Sejak 2012, First Travel terus berkembang dan berhasil mengantarkan puluhan ribu jemaah ke Tanah Suci.
Baca juga:
Akun Akseyna UI Hidup Lagi, Polisi: Ini Petunjuk Baru !
Inul Bagi THR Rp 2 Miliar, Zaskia Gotik? Ini Jumlahnya
Sebagai istri pengusaha, Anniesa dituntut untuk pandai dalam berpenampilan. Lalu Anniesa mulai menekuni dunia mode sebagai perancang busana.
"Saya belajar desain secara otodidak, enggak pernah sekolah desain. Sebagai istri pengusaha saya harus memperhatikan penampilan. Dari situlah saya mulai berimajinasi," ujar Anniesa Hasibuan di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, pada Ahad, 12 Juli 2015.
Pada Mei 2014, Anniesa berhasil menggelar peragaan busana rancangannya di Ritz Carlton Pacific Place, Sudirman, Jakarta, 2015. Busana rancangan Anniesa lebih sarat dengan kain sutra, brokat, dan beludru ditambah kristal swarovsky.
Anniesa bahkan dijadwalkan mengikuti peragaan busana di New York, Amerika Serikat, pada September nanti. Di sana Anniesa akan menampilkan 15 busana kaftan bertema couture. Dengan begitu Anniesa berharap bisa terus mengharumkan Tanah Air.
"Target kami adalah kami ingin lebih dikenal di Indonesia dan kami ingin terus berpartisipasi di ajang fashion show internasional," tutur Anniesa.
LUHUR PAMBUDI
Baca juga:
Prajurit TNI dan Polisi Dibunuh: Dua Jenderal Turun Gunung
Tentara Dibunuh, Prajurit TNI Dilarang ke Luar Markas