Mudik dengan Sepeda Ontel, Siapa Takut ...

Editor

Zed abidien

Putut, Mayang, Fifi dan Ganjar, dari Indonesia Bike to Work Community Jakarta, setelah beristirahat saat melakukan perjalanan mudik menggunakan sepeda di Ciasem, Pantura Subang, Jawa Barat, 11 Juli 2015. TEMPO/Nanang Sutisna
Putut, Mayang, Fifi dan Ganjar, dari Indonesia Bike to Work Community Jakarta, setelah beristirahat saat melakukan perjalanan mudik menggunakan sepeda di Ciasem, Pantura Subang, Jawa Barat, 11 Juli 2015. TEMPO/Nanang Sutisna

TEMPO.COSubang - Mudik menggunakan mobil pribadi, sepeda motor bahkan bemo merupakan hal yang lazim. Namun, bila kemudian ada sekelompok pemudik yang menggowes sepeda, jumlahnya masih langka.

Namun itulah realitas yang terjadi pada arus mudik Lebaran 2015 yang menyusuri jalur konvensional Pantai Utara. Para pelakunya adalah Putut; Fifi; Ganjar; dan seorang gadis, Mayang.

Alamat mudik yang sedang ditempuh oleh mereka juga tak sama. Putut ke Madiun, Ganjar ke Cirebon, dan Fifi ke Yogyakarta. Nah, yang paling jauh jarak tempuh mudiknya adalah Mayang. Pelabuhan terakhir perjalanan mudik gowes si mungil cantik ini ke Surabaya.

Menurut Putut, komandan mudik gowes tersebut, ia dan rombongan berangkat bersama dari Jakarta pukul 09.00 untuk sampai di jalur utama Pantura Ciasem, Subang. Dia dan kawan-kawannya harus beristirahat dua kali. 

"Pertama di Kosambi, Karawang, dan yang kedua di Ciasem ini," katanya kepada Tempo di lokasi check point pemudik sepeda motor yang didirikan Korps Lalu Lintas Mabes Polri di halaman kantor Kecamatan Ciasem, Sabtu, 11 Juli 2015.

Perjalanan menuju kampung halamannya di Madiun yang berjarak 800 kilometer dari Jakarta itu, Putut menuturkan, diperkirakan akan memakan waktu selama 96 jam atau setara dengan empat hari. Ia optimistis akan sampai di kampung halamannya sesuai prediksi sekitar Selasa, 14 Juli 2015, atau punya waktu jeda dua hari menjelang Lebaran jika jatuh pada Jumat, 17 Juli 2015.

Optimisme sama juga dilontarkan penggowes lainnya, termasuk si cantik Mayang. "Harus optimistis, dan saya pikir saya kuat (untuk sampai di tujuan)," ujarnya sambil tersenyum.

Selama perjalanan Jakarta-Ciasem, nyaris tak ada hambatan bagi Putut dan kawan-kawannya itu. Sebab, setelah beroperasinya ruas Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), arus kendaraan—terutama kendaraan pribadi dan angkutan umum—yang melewati jalur Pantura sepi. Jadi kondisi jalanan pun aman untuk dilalui para penggowes itu.

Selama dalam perjalanan menyusuri jalur Pantura tersebut, mereka akan memanfaatkan waktu istirahat--termasuk bermalam--di masjid. "Kami sepakat jika malam beristirahat (tidur) di masjid-masjid besar yang kami lalui," tutur Putut.

Putut mengatakan perjalanan mudik dengan menggowes sepeda merupakan pengalaman pertamanya dan kawan-kawan di komunitas Bike to Work Indonesia di Jakarta. Untuk Lebaran tahun ini, kata dia, ada 40 anggota komunitas yang juga melakukan aksi mudik sehat dengan menggowes sepeda. "Kami menyebar, ada yang lewat jalur Pantura, tengah, dan selatan," ucap Putut.

NANANG SUTISNA