JK Yakin Gunung Raung Tak Pengaruhi Arus Mudik

Editor

Zed abidien

Kepulan asap solfatara Gunung Raung terlihat dari Desa Sumber Arum, Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, 7 Juli 2015. ANTARA/Budi Candra Setya
Kepulan asap solfatara Gunung Raung terlihat dari Desa Sumber Arum, Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, 7 Juli 2015. ANTARA/Budi Candra Setya

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan meletusnya Gunung Raung di Bondowoso tak akan mempengaruhi jalur mudik. Dia menyerahkan penanganan letusan gunung tersebut kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Bali kan tempat istirahat, bukan tempat mudik," kata Kalla, ditemui di kantornya, Jumat, 10 Juli 2015. Kalaupun ada gangguan, jalur mudik darat masih bisa jadi alternatif. "Kalau jalur darat tak akan terganggu, kalau lewat udara mungkin jalurnya sedikit ke utara."

Dia mengaku terus berkoordinasi dengan BNPB untuk mengetahui kondisi terakhir. "Tak ada instruksi khusus, itu urusan BNPB," kata Kalla.

Aktivitas vulkanik Gunung Raung meningkat sejak 21 Juni 2015. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menaikkan status gunung tersebut dari waspada (level II) menjadi siaga (level III) pada Senin, 29 Juni 2015, pukul 09.00.

Hingga Jumat sore, 10 Juli 2015, aktivitas vulkanik Gunung Raung yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember di Provinsi Jawa Timur masih tinggi. Asap putih-kelabu dengan tekanan lemah sedang, disertai erupsi letusan abu masih terpantau. "Tinggi asap disertai abu vulkanik 400-500 meter ke arah tenggara. Terdengar suara dentuman-gemuruh lemah-kuat," kata juru bicara BNPB, Sutopo Purwonugroho.

Status gunung tersebut saat ini masih dalam kondisi siaga atau level III. Di dalam radius tiga kilometer dinyatakan sebagai zona terlarang karena berbahaya terkena lava pijar. Sebaran abu vulkanik ke timur-tenggara dari kawah Gunung Raung telah menyebabkan lima bandara ditutup.

Lima bandara yang ditutup yaitu Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali; Bandara Internasional Lombok; Bandara Selaparang, Lombok; Bandara Blimbingsari, Banyuwangi; dan Bandara Notohadinegoro, Jember.

FAIZ NASHRILLAH