Lebaran, Nelayan Alih Profesi Sediakan Jasa Wisata

Editor

Zed abidien

Sepasang warga melakukan tradisi padusan di Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, (8/7). Umat Islam di Pulau Jawa melakukan tradisi Padusan untuk menyucikan diri menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. TEMPO/Suryo Wibowo.
Sepasang warga melakukan tradisi padusan di Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, (8/7). Umat Islam di Pulau Jawa melakukan tradisi Padusan untuk menyucikan diri menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. TEMPO/Suryo Wibowo.

TEMPO.COYogyakarta - Meski memasuki kemarau ini angin dan gelombang di laut selatan cukup bersahabat, para nelayan justru bersiap gantung jala sementara saat libur Lebaran nanti.

"Kami akan siapkan sedikitnya enam kapal untuk melayani wisatawan susur pantai jika cuaca mendukung, rehat melaut dulu," ujar nelayan Pantai Sadeng yang juga Ketua Perhimpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Gunungkidul, Rujimanto, Jumat, 10 Juli 2015.

Rujimanto menuturkan wisata susur pantai itu selama ini merupakan wahana wisata dadakan yang menjadi sambilan para nelayan jika musim paceklik ikan. Namun, khusus Lebaran, dengan potensi wisatawan yang berkunjung berlipat, jasa wisata ini digalakkan. 

Trip singkat susur pantai dengan kapal motor tempel ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dari Pantai Ngandong, Kecamatan Tepus, dan turun di Pantai Krakal, Kecamatan Tanjungsari, dengan tarif Rp 15 ribu per orang (maksimal delapan orang) atau dari Pantai Ngandong dan balik atau turun di Pantai Pok Tunggal dengan tarif Rp 20 ribu per orang.

"Beroperasi dari pagi sampai sore sebelum magrib," ujar Rujimanto, yang pada hari libur biasa hanya menyediakan tiga kapal.

Koordinator wilayah tim Search and Rescue (SAR) Pantai Baron, Gunungkidul, Marjono, mengatakan saat ini pihaknya justru tengah memantau pergerakan sejumlah kumpulan ubur-ubur yang mulai mendekati pantai karena sudah menginjak musim kemarau.

"Jarak kumpulan ubur-ubur itu masih 1-2 kilometer dari pantai, tapi kami awasi, karena mungkin saat liburan Lebaran nanti jaraknya bisa semakin dekat dan membahayakan wisatawan," ucapnya.

Meski tak mematikan, sengatan ubur-ubur biru yang terpantau tim SAR tersebar di 22 titik pantai itu bisa mengganggu kenyamanan wisatawan, terutama anak-anak kecil. "Sengatannya bikin panas dan gatal," ujarnya.

Guna mengantisipasi serangan ubur-ubur itu, tim SAR masih menggunakan cara konvensional seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni menyiapkan cairan alkohol.

PRIBADI WICAKSONO