Malam Lailatul Qadar dan Kuah Adun di Bangkalan

Pengurus masjid membersihkan salat satu ornamen pada bangunan Masjid Al Fatih Al Anshar yang menyerupai Kakbah, di Jalan Paccinnang Raya, Makassar, 27 Juni 2015. TEMPO/Fahmi Ali
Pengurus masjid membersihkan salat satu ornamen pada bangunan Masjid Al Fatih Al Anshar yang menyerupai Kakbah, di Jalan Paccinnang Raya, Makassar, 27 Juni 2015. TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO.CO, BANGKALAN - Warga Desa Langkap, Kecamatan Burneh Bangkalan, punya tradisi unik, yaitu ramai-ramai masak hidangan kuah adun. Hidangan ini, biasanya disiapkan untuk menyambut malam ke-21 Ramadan.

Amin, warga Desa Langkap, mengatakan hidangan kuah adun hanya dihidangkan pada momen tertentu seperti malam ke-21 Ramadan. Karena pada malam ini adalah malam permulaan dari turunnya malam lailatul qadar. "Nanti pas Lebaran, kuah adun juga jadi menu wajib yang dihidangkan kepada para tamu," kata Amin kepada Tempo, Rabu, 7 Juli 2015.

Setelah masak, kata Amin, antarwarga saling bertukar kuah adun. Tradisi bertukar kuah adun ini sebagai upaya menyambut malam lailatul qadar dengan sesuatu yang baik yaitu saling berbagi. Selain itu, bertukar hidangan ini juga melebur semua sekat sosial antara yang kaya dan miskin. "Yang kaya makan kuah adun buatan yang miskin, begitu sebaliknya," ujar Amin.

Tidak ada yang istimewa dari kuah adun, hidangan ini serupa opor ayam. Bahan dasar yang digunakan daging ayam, tapi hanya ayam kampung. Menurut Amin, setelah disembelih, ayam dicabut bulunya kemudian dipanggang. Panggangan ini wajib hukumnya agar aroma khas kuah adun tidak hilang. "Bumbu yang dipakai bumbu lengkap ditambah santan kelapa," katanya.

Kiai Jauhari, pemuka agama di Desa Jaddih, Kecamatan Socah, mengatakan keistimewaan hidangan kuah adun dibanding hidangan lain adalah tahan basi. "Empat hari gak basi, walau lauknya diambil pakai tangan telanjang," katanya.

Namun, kata dia, cara masak dan penanganannya harus benar. Contohnya, setelah kuah adun dimakan, sebelum disimpan harus dihangatkan dulu pakai tungku kayu. "Semakin lama, kuah adun semakin kental dan semakin nikmat."

Menurut Jauhari, bagi warga Bangkalan kuah adun adalah menu wajib yang hanya ada pada hari Lebaran dan malam ke-21 Ramadan. "Kalau Lebaran tidak makan kuah adun, kurang lengkap," pungkasnya.

MUSTHOFA BISRI