Lebaran Pekan Depan, Asisten Rumah Tangga Infal Dicari  

Sejumlah calon pembantu infal menunggu di penampungan penyalur jasa PRT Bu Gito di Cipete, Jakarta Selatan (2/8). Tingginya permintaan tenaga pembantu infal di Jakarta, banyak warga dari berbagai daerah di Jawa berdatangan. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo.
Sejumlah calon pembantu infal menunggu di penampungan penyalur jasa PRT Bu Gito di Cipete, Jakarta Selatan (2/8). Tingginya permintaan tenaga pembantu infal di Jakarta, banyak warga dari berbagai daerah di Jawa berdatangan. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo.

TEMPO.CODepok - Sepekan jelang Lebaran, permintaan asisten rumah tangga pengganti atau infal mulai banyak dicari. Banyak keluarga yang membutuhkan karena ditinggal asisten rumah tangga mereka mudik ke kampung halaman.

Direktur PT Hadi Jaya, lembaga penempatan tenaga kerja swasta, Wuryuni Hadi, mengatakan permintaan sudah mulai naik. "Sudah banyak yang memesan. Sampai hari ini sudah 500-an tenaga infal yang dipesan," kata Hadi, Kamis, 9 Juli 2015.

Hampir setiap tahun perusahaannya menyalurkan tenaga infal untuk rumah tangga yang ditinggal pembantunya mudik Lebaran. Ia mendatangkan tenaga infal dari Jawa Tengah, yakni Kabupaten Brebes dan Sragen. Ia memilih tenaga infal yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun.

Setiap asisten rumah tangga infal minimal bekerja selama 15-30 hari. Mereka didatangkan dari sponsor atau kemauan sendiri. "Tergantung mereka memilih paket yang mana," ucapnya.

Untuk honor per hari mereka berkisar Rp 150-200 ribu, sementara untuk baby sister lebih besar, yakni Rp 200-250 ribu. Untuk paket satu bulan, kata dia, tenaga infal dibayar Rp 3,5 juta.

Tahun ini diakuinya ada penurunan permintaan tenaga infal. Sebab, banyak keluarga yang memesan sendiri asisten rumah tangga yang pernah kerja sebelumnya sebagai tenaga infal di rumah mereka. Selain itu, banyak keluarga yang tinggal di hotel selama ditinggal mudik pembantunya. “Permintaan infal saat ini menurun sekitar 20 persen dari tahun kemarin,” ujarnya.

Ia menjelaskan, untuk menjamin kepuasan pelanggan, pihaknya juga dengan selektif menyaring tenaga infal yang bekerja. Jangan sampai ada tenaga infal yang merugikan. Sebab, setiap tahun ada saja laporan tenaga infal yang mencuri. "Tapi jumlahnya hanya 1-2. Kami sudah memiliki data administrasi pribadi mereka," katanya. Selain itu, bagi pelanggan yang merasa dirugikan, bisa melapor kepada penyalur.

Pelanggan yang memesan tenaga infal dari perusahaannya, kata Hadi, berasal dari wilayah Jabodetabek, tapi ada juga yang berasal dari luar daerah. "Ada juga yang dari Batam meminta tenaga infal ke kami. Sekarang sudah 200 tenaga infal tersalurkan," tuturnya. 

Tersina, 30 tahun, asal Brebes, Jawa Tengah, mengaku tergiur dengan bayaran yang lebih mahal sebagai tenaga infal. Ia telah dua kali menjadi tenaga infal Lebaran di PT Hadi Jaya. "Di kampung juga lagi paceklik. Jadi lebih baik saya bekerja. Gajinya lebih besar," kata Tersina, yang meninggalkan suami dan dua anaknya di kampung. 

IMAM HAMDI