Tekan Harga, BI Jawa Tengah Gelar Pasar Murah  

Editor

Zed abidien

Warga menata belanjaannya usai memborong sembako di Pasar Murah di Kementerian Perdagangan, Jakarta, 25 Juni 2015. TEMPO/Tony Hartawan
Warga menata belanjaannya usai memborong sembako di Pasar Murah di Kementerian Perdagangan, Jakarta, 25 Juni 2015. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.COSemarang - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan perbankan Semarang turun tangan mengendalikan harga kebutuhan pokok. Langkah yang dilakukan untuk mengendalikan harga adalah menggelar pasar murah untuk membantu masyarakat kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan pokok. 

“Kami melibatkan Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Provinsi Jawa Tengah komisariat Semarang untuk menggelar pasar murah,” kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Ananda Pulungan dalam siaran persnya, Rabu, 8 Juli 2015.

Kebijakan BI itu bagian dari langkah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah, yang berupaya menahan gejolak harga pangan. “Pasar murah dilaksanakan pada 8 Juli 2015, bertempat di kantor Kecamatan Semarang Timur,” ucap Ananda.

BI sengaja memilih lokasi itu karena berdekatan dengan tiga pasar, yakni Pasar Langgar, Regol, dan Dargo. Dalam pasar itu terdapat lima ribu paket kebutuhan pokok, masing-masing paket terdiri atas 2,5 kilogram beras, 1 kilogram gula pasir, 1 liter minyak goreng, dan 5 bungkus mi instan. “Paket itu dijual seharga Rp 30 ribu dengan subsidi sebesar Rp 25 ribu,” ujarnya.

Penyelenggaraan pasar murah ini dilakukan dengan sistem kupon dan bekerja sama dengan Kecamatan Semarang Timur, yang telah membagikan kupon ke beberapa kelurahan di wilayah tersebut. Sistem kupon itu untuk memastikan pemberian kebutuhan pokok tepat sasaran.  

Menurut Ananda, BI Jawa Tengah akan terus memantau harga dan memperkuat koordinasi pengendalian inflasi melalui TPID, khususnya selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri 1436 H.

Keterlibatan BI dan pelaku perbankan menggelar pasar murah itu sesuai dengan rekomendasi Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, yang menyarankan agar perusahaan menggelontorkan dana corporate social responsibility (CSR) untuk pasar murah. 

EDI FAISOL