Cara Pedagang Tanah Abang Kenali Pembeli Tajir dan Tidak

Editor

Rini Kustiani

Warga memilih baju yang dijajakan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, 25 Juni 2015.  Para PKL ini menawarkan kebutuhan hari raya Idul Fitri. TEMPO/Subekti.
Warga memilih baju yang dijajakan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, 25 Juni 2015. Para PKL ini menawarkan kebutuhan hari raya Idul Fitri. TEMPO/Subekti.

TEMPO.COJakarta - Para pedagang pakaian di Tanah Abang ternyata punya cara sendiri untuk mengkategorikan pembeli. Setiap kategori pembeli punya penanganan berbeda.

Tanti, 35 tahun, pedagang mukena dan busana muslim di Blok B lantai LG Pasar Tanah Abang, mengatakan pertama kali yang dilihat ketika pembeli datang adalah bagaimana penampilannya. “Kebanyakan yang datang adalah ibu-ibu muda yang terlihat perlente,” kata Tanti kepada Tempo, Rabu, 8 Juli 2015.

Indikasi perlente terlihat dari tas tangan yang ditenteng, jam bermerek yang melingkar pada pergelangan tangan, ponsel pintar dengan layar sentuh, atau telepon seluler merek terkenal. Pedagang juga mengenali parfum pembeli di tengah padat dan riuhnya pasar. 

Belum lagi kosmetik yang tak luput dari perhatian. “Make up-nya enggak luntur meski keringatan,” ujar Tanti. Nah, ketika melayani pembeli seperti ini, penjual tak akan segan-segan menawarkan berbagai produk kepadanya. 

Jika membeli mukena, misalnya, Tanti akan menawarkan sajadah, tasbih, dan berbagai perlengkapan ibadah lainnya. “Ibu-ibu yang terlihat berdandan biasa hanya akan membeli mukena,” tuturnya.

DINI PRAMITA