Petugas Sita 300 Kilogram Daging Sapi Busuk di Jombang

Ilustrasi daging sapi. TEMPO/Tony Hartawan
Ilustrasi daging sapi. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.COJombang - Petugas gabungan dari Kepolisian Resor Jombang serta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang menyita sekitar 300 kilogram daging sapi busuk yang didapat dalam razia di pasar tradisional, Jumat, 3 Juli 2015. 

Ratusan daging sapi tak layak konsumsi itu ditemukan di sejumlah lapak pedagang di Pasar Ploso, Kecamatan Ploso. “Daging yang tak layak konsumsi kami sita karena jika dibiarkan bisa membahayakan konsumen,” kata Kepala Bagian Operasional Satuan Reserse Kriminal Polres Jombang Inspektur Satu Sarwiaji.

Sarwiaji menambahkan, pihaknya akan melaporkan temuan daging sapi busuk itu ke pimpinan. “Kami akan gelar perkara. Perlu tidaknya (masalah ini) diproses hukum bergantung pada hasil gelar perkara nanti,” ujarnya. 

Menurut dia, petugas mencurigai daging sapi berkadar air tinggi yang diduga hasil gelonggongan. Setelah dicek dengan alat pendeteksi, kadar air dalam daging tersebut memang melebihi ketentuan normal. 

Selain memeriksa daging di lapak, petugas juga memeriksa yang tersimpan di lemari pendingin. Hasilnya, petugas menemukan setidaknya 300 kilogram daging sapi busuk di lemari pendingin milik tiga pedagang. “Selain baunya yang busuk, warnanya juga sudah merah kehitaman,” tutur seorang petugas Dinas Peternakan. 

Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Jombang Aziz Daryanto mengatakan daging yang busuk otomatis tidak layak konsumsi. “Karena kandungan mikrobanya melewati ambang batas dan membahayakan kesehatan,” ucapnya. 

Ia mengimbau para pedagang agar menyimpan daging yang tidak laku di dalam mesin pendingin yang baik dengan suhu normal. “Konsumen juga harus pandai memilah dan memilih mana yang layak konsumsi dan mana yang tidak,” katanya.

Kepada petugas, pedagang itu beralasan daging busuk tersebut memang akan dibuang. Namun ada pula yang beralasan bahwa daging yang sudah tak sehat itu justru dijual kepada penjual makanan soto daging dan rawon. “Biasanya untuk campuran soto dan rawon,” ujar seorang pedagang daging, Rony Ashari, 54 tahun. 

ISHOMUDDIN