Bolehkah Makan Cabai Saat Sahur dan Buka Puasa?

Ilustrasi cabai. TEMPO/Tony Hartawan
Ilustrasi cabai. TEMPO/Tony Hartawan

“Secara umum kalau memang tidak punya masalah dengan pencernaan, cabe ini bisa dikonsumsi tetapi tetap tidak boleh berlebihan,” tulis Ari Fahrial Syam kepada Tempo dalam wawancara yang dilakukan melalui surat elektronik, Minggu 21 Juni 2015. Jika dikonsumsi berlebihan, cabai dapat merangsang kambuhnya sakit maag dan menyebabkan terjadinya diare.  

Bahkan pada beberapa orang  yang memiliki penyakit ambeien, konsumsi cabe dapat menimbulkan rasa panas pada dubur. Pada beberapa kasus, menurut Ari juga dapat menimbulkan pendarahan. Meski begitu, cabe merupakan salah satu bahan makanan yang tidak dapat disangkal, sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain dampak negatif, juga ada beberapa dampak positif dari cabai.

Cabai mengandung serat dan vitamin, khususnya vitamin C, vitamin A, mineral dan antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas pada tubuh. Kandungan antioksidan terbesar pada cabai terdapat pada cabai hijau. Cabai juga mengandung zat yang disebut Capsaicin. Zat inilah yang menurut Ari Fahrial Syam, membuat cabai terasa pedas. Salah satu manfaat Capsaicin adalah meningkatkan nafsu makan. Maka tak heran, orang yang mengkonsumsi campuran cabai dalam menu makanannya, dapat makan sangat lahap.

Capsaicin juga dapat merangsang buang air besar. Karena bersifat analgetik, capsaicin pada cabai juga membantu mengurangi sakit kepala. Cabai juga bisa meningkatkan metabolisme tubuh sehingga proses pembakaran kalori lebih baik. Beberapa literatur bahkan menyebutkan, capsaicin pada cabai dapat berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mencegah radikal bebas.



CHETA NILAWATY