Puasa, Mahasiswa Pilih Menginap di Rumah Beda Agama

Editor

Rini Kustiani

REUTERS/Cheryl Ravelo
REUTERS/Cheryl Ravelo

TEMPO.CO, Malang - Sebanyak 40 mahasiswa di Malang, Tulungagung dan Jakarta menggelar dialog lintas iman pada 29 Juni-3 Juni 2015.

Cara dialog mereka untuk mengisi Ramadan terbilang unik karena dilakukan dengan menginap di rumah keluarga yang berbeda agama. "Dialog lintas iman untuk menumbuhkan toleransi antar iman," kata panitia penyelenggara, Felix Sad Windu Wisnu Broto, Minggu 28 Juni 2015.

Para peserta disebar ke sejumlah keluarga. Mereka akan menempati empat lokasi yang berbeda, yakni Pesantren Gasek Kota Malang, keluarga di Donomulyo Kabupaten Malang yang beragama Kristen dan Katolik, keluarga di Wagir Kabupaten Malang belajar Hindu dan Desa Boro Kabupaten beragama Budha.

Awalnya panitia menempatkan peserta sesuai keinginan untuk belajar dan memahami selain agama yang dianutnya. Namun mereka banyak yang meminta menginap di keluarga Budha. Sedangkan tempatnya tak bisa menampung, sehingga panitia mendistribusikan ke keluarga yang berbeda dengan agama peserta.

"Selama tinggal, peserta bisa berinteraksi, berdialog dan belajar agama lain," katanya. Peserta juga diizinkan belajar agama lain, seperti di Pesantren Gasek peserta akan belajar dan mengenal agama Islam. Ikut sahur, berbuka puasa dan tarawih bersama. Tapi panitia tak memaksa jika peserta tak bersedia.

Setelah tinggal bersama, mereka akan bertemu dengan pemuka dari lima agama. Pertemuan dengan pemuka agama dilakukan di Donomulyo 1-3 Juli 2015. Pemuka agama akan berdialog, berdiskusi untuk saling mengenal agama. Tujuannya untuk mengedepankan toleransi tanpa berprasangka buruk dengan agama lain.

Program dialog lintas iman ini merupakan pengembangam karakter di Universitas Ma Chung Malang. Tahun kedua, bekerjasama dengan Gusdurian Malang mengundang pihak di luar kampus melalui situs jejaring sosial. Hasilnya peserta bertambah tak hanya Universitas Ma Chung, tapi juga dari Universitas Brawijaya Malang, UIN, UKI dan Universitas Paramadina Jakarta, serta IAIN Tulungagung.

EKO WIDIANTO