Selama Puasa, Cilegon dan Serang Diserbu Pengemis  

Editor

Zed abidien

Seroang jemaah memberkan sedekah kepada pengemis seusai melaksankan Ibadah sholat Id, Makassar, Rabu (8/8). TEMPO/iqbal lubis
Seroang jemaah memberkan sedekah kepada pengemis seusai melaksankan Ibadah sholat Id, Makassar, Rabu (8/8). TEMPO/iqbal lubis

TEMPO.CO, Serang - Kepala Dinas Sosial Provinsi Banten Nandy Mulya mengatakan, selama bulan Ramadan jumlah pengemis yang beroperasi di sejumlah kota/kabupaten Provinsi Banten meningkat. Diduga gelandangan dan pengemis tersebut terorganisasi, yang datang dari berbagai daerah.

“Untuk jumlah riilnya saya tidak bisa menyebutkan, karena biasanya pengemis tersebut tidak hanya beroperasi di satu daerah. Misalnya saat dirasa di Kota Serang tidak aman bagi pengemis, pengemis yang sama pindah ke Kota Cilegon,” ujar Nandy, Minggu, 28 Juni 2015.

Menurut Nandy, kecenderungan masyarakat untuk memberi sedekah saat bulan Ramadan dijadikan dan dianggap sumber rezeki bagi para pengemis. “Apalagi umat muslim selama bulan puasa berlomba untuk meningkatkan sedekah. Karena itu saya menyarankan bagi masyarakat yang ingin bersedekah atau beramal sebaiknya kepada lembaga yang bertanggung jawab,” kata Nandy.

Nandy menambahkan, Pelaksana tugas Gubernur Banten telah melayangkan surat edaran kepada kabupaten kota terkait dengan penanganan pengemis dan anak jalanan. Dalam surat edaran tersebut Plt Gubernur Banten mengimbau kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mensosialisasikan larangan memberikan uang atau sumbangan kepada pengemis. “Banyaknya pengemis karena banyaknya yang memberikan, saya yakin jika tidak ada yang memberi mereka tidak akan mengemis lagi,” kata Nandy.

Salah seorang pengemis yang beroperasi di wilayah Kota Serang adalah Herman, 45 tahun, mengaku hanya meminta-minta pada bulan puasa. Menurut Herman, mengemis di bulan puasa dirasa sangat menguntungkan karena adanya kecendurungan orang lebih murah hati memberikan uangnya.

Kondisinya yang tidak bisa berjalan normal dan harus menggunakan tongkat, membuat para pengendara kasihan dan memberikan uang recehan kepada Herman. Uang pecahan yang didapatkan Herman bervariasi mulai dari pecahan Rp 500 hingga Rp 10 ribu. ”Bulan puasa banyak orang kaya yang mau sedekah, kalau hari biasa saya di rumah,” katanya.

WASI’UL ULUM