Ngabuburit, Ini Permainan Sarung ala Anak-anak Bandung  

Ilustrasi Sarung. Wikipedia.org
Ilustrasi Sarung. Wikipedia.org

TEMPO.CO, Bandung - Puluhan anak berusia 6-14 tahun mengisi waktu menunggu buka puasa atau ngabuburit, dengan bermain sarung. Sebanyak 30 anak peserta program pelatihan gelaran Selasar Sunaryo dengan komunitas Hong itu akan tampil dalam teater musikal jenaka yang berjudul Nagri Kasarung, Ahad sore, 28 Juni 2015, di Amphiteater, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung.

Sebelum tampil, anak-anak tersebut ikut pelatihan dulu bersama komunitas Hong sejak Jumat hingga Ahad pagi, 26-28 Juni 2015. Divisi Program Selasar, Chabib Duta Hapsoro, mengatakan, pertunjukan teater musikal jenaka itu akan berlangsung selama dua jam pada Ahad sore, mulai dari pukul 15.00-17.00 WIB. “Pertunjukannya terbuka untuk umum dan gratis,” katanya, Sabtu.

Pada program di bulan Ramadan sekaligus liburan sekolah ini, Komunitas Hong mengajarkan ragam permainan sarung kepada anak-anak dengan balutan dongeng atau cerita. “Sambil bermain sarung, anak-anak juga bermain peran,” ujarnya. Permainan sarung menjadi pusat pementasan itu.

Pendiri komunitas Hong, Mohamad Zaini Alif, mengatakan, sarung memang bukan produk budaya asli Indonesia. Sarung yang diperkirakan berasal dari Yaman, dibawa para pedagang Arab dan Gujarat dalam penyebaran agama Islam di Nusantara abad ke-14. “Fungsi sarung kemudian berkembang dari busana ibadah, menjadi pelengkap busana daerah beberapa suku di Indonesia,” ujarnya.

Tujuan permainan sarung itu tidak hanya untuk mengisi waktu luang, melainkan juga melatih kemampuan motorik dan imajinasi anak-anak. Selain itu, permainan tradisional tersebut juga membantu anak-anak untuk bersosialisasi, belajar sportif, dan menghargai proses serta aturan main dalam mencapai sebuah tujuan.

ANWAR SISWADI