Ramadan, Bulog Minta Daerah Tak Tunda Ajukan Operasi Raskin

Editor

Grace gandhi

Sejumlah warga antri membeli beras murah saat operasi pasar beras di Pasar Wonokromo, Surabaya, 26 Februari 2015. Operasi pasar beras yang di lakukan oleh pemerintah provinsi Jawa Timur bersama Perum Bulog ini untuk mengantisipasi kenaikan harga beras di pasaran. TEMPO/Fully Syafi
Sejumlah warga antri membeli beras murah saat operasi pasar beras di Pasar Wonokromo, Surabaya, 26 Februari 2015. Operasi pasar beras yang di lakukan oleh pemerintah provinsi Jawa Timur bersama Perum Bulog ini untuk mengantisipasi kenaikan harga beras di pasaran. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO , Yogyakarta: Bulog Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan saat Ramadan ini telah menyiapkan stok guna menerima permintaan operasi pasar dari pemerintah kabupaten/kota, termasuk permintaan penyaluran jatah beras miskin (raskin) bagi warga tak mampu.

“Stok sudah kami siapkan, tinggal menunggu permintaan pemerintah daerah guna penyalurannya,” ujar Kepala Bulog DIY Langgeng Wisnu Adinugroho di Balaikota Yogyakarta, Kamis, 25 Juni 2015.

Langgeng menuturkan, Bulog tak berani menggelar operasi pasar jika tak ada pemerintaan dari pemerintah daerah. Meskipun diprediksi memasuki pertengahan ramadhan ini harga beras di pasar bisa berubah sewaktu-waktu dan warga tak mampu sudah menunggu adanya subsdidi akibat fluktuasi berbagai komoditas.

Langgeng menguraikan, belum masuknya pengajuan poperasi pasar atau pun penyaluran raskin dari pemerintah daerah pertengahan Ramadan ini bisa disebabkan sejumlah hal. Pertama , harga di pasar cenderung stabil untuk beras atau belum ada tanda-tanda perubahan mencolok. Kedua, pemerintah daerah masih menunggu perubahan surat keputusan gubernur tentang harga beras yang baru untuk operasi pasar dari semula Rp 6.800 menjadi Rp 8.200 per kilogram.

“Faktor ketiga, soal profil warga tak mampu penerima raskin karena data survei BPS (Badan Pusat Statistik) belum keluar,” ujar Langgeng.

Mengacu data terakhir yang masih dipegang Bulog DIY, ada 288 ribu rumah tangga miskin yang mendapat jatah raskin tiap tahunnya di DIY. Tiap bulan Bulog menyalurkan 4.325 ton ke DIY. kabupaten yang keluarga miskinnya paling banyak menerima jatah itu masih berasal dari Kabupaten Bantul, yakni 1.329 ton. Disusul keluarga miskin terbanyak kedua yang dapat jatah dari Kabupaten Gunungkidul 1.203 ton. Kulonprogo sebanyak 907 ton, Kabupaten Sleman sebanyak 645 ton, dan Kota Yogyakarta 240 ton.

“Informasinya pekan ini surat keputusan gubernur soal perubahan harga beras akan keluar, sehingga dinas setempat bisa mulai mengajukan operasi raskin,” ujarnya. Stok beras di DIY sendiri saat ini ada sekitar 21 ribu ton untuk penyaluran lima bulan ke depan. Sisa beras itu dari total stok setahun 55 ribu ton.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Kota Yogyakarta Suyana membenarkan untuk operasi pasar memang belum diperlukan karena pantauan sampai Kamis, 25 Juni 2015 harga beras di pasar masih stabil.

“Yang beras kelas biasa seperti C4 justru turun sekitar lima persen, yang naik sedikit hanya kelas premium seperti mentik, itupun tak banyak sekitar Rp 100 per kilogramnya,” ujar Suyana.

Suyana menambahkan, saat ini belum mengajukan operasi pasar karena tak ingin harga yang relative stabil justru rusak.

“Untuk perubahan harga operasi pasar kami juga belum terima surat dari gubernur,” ujarnya. Sedangkan untuk penyaluran raskin Suyana menyerahkan pada dinas sosial.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Gunungkidul Hidayat pun menuturkan, permintaaan operasi pasar yang tak melihat kondisi di lapangan bakal menyulitkan pemerintah dan masyarakat sendiri, terutama petani.

“Kasihan petani kalau harga sedang baik dan normal malah ada operasi pasar,” ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO