Permintaan Elpiji 3 Kilogram Meroket Saat Ramadan, Kenapa?  

Editor

Agung Sedayu

Pekerja mendistribusikan tabung gas elpiji 3 kg yang telah diisi ulang di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta, 9 Maret 2015. Tempo/Tony Hartawan
Pekerja mendistribusikan tabung gas elpiji 3 kg yang telah diisi ulang di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta, 9 Maret 2015. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Depok - Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Gas dan Bumi (Hiswana Migas) Kota Depok memperkirakan hampir 25 persen elpiji kemasan tabung tiga kilogram dipergunakan pengusaha mikro untuk berjualan saat Ramadan. Akibatnya, ketersediaan pasokannya kini berkurang.

"Permintaan gas meningkat karena banyak usaha kecil dadakan yang menggunakan elpiji kemasan tabung tiga kilogram saat Ramadan," ujar Ketua Hiswana Migas Athar Susanto, Kamis, 25 Juni 2015.

Athar mengatakan Depok memiliki banyak pengusaha mikro dan sebagian besar mereka menggunakan gas bersubsidi. "Karena lebih murah untuk memproduksi makanan yang mereka jual," katanya.

Depok mendapatkan jatah elpiji bersubsidi sebanyak 1,4 juta tabung per bulan. Pada Juni ini dinaikkan menjadi 2 juta tabung, tapi penambahan itu dianggap masih belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan. "Untuk penduduk 2 juta jiwa, memang masih kurang jumlah itu," ujarnya.

Untuk mengantisipasi kelangkaan kembali terjadi, Hiswana mendorong pemerintah melakukan operasi pasar untuk mengawasi pendistribusian elpiji kemasan tabung tiga kilogram. "Sejauh ini pemerintah Depok memang belum pernah melakukan operasi pasar untuk mengawasi peredaran gas itu."

Depok memiliki lima stasiun pengisian gas, 24 agen, dan 500 pangkalan gas yang tersebar di 63 kelurahan. Harga gas di pangkalan dibanderol Rp 16 ribu.

IMAM HAMDI