Begini Sulitnya Mudik ke Madura  

Ribuan pemudik yang menggunakan motor antri di pintu tol akses Jembatan Suramadu, Surabaya, 26 Juli 2014. TEMPO/Fully Syafi
Ribuan pemudik yang menggunakan motor antri di pintu tol akses Jembatan Suramadu, Surabaya, 26 Juli 2014. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Bangkalan - Paguyuban Angkutan Umum Jokotole, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, menyiapkan angkutan umum khusus malam hari selama arus mudik Lebaran. Ketua Paguyuban Jokotole Jimhur Saros mengatakan kebijakan itu dibuat agar tidak ada pemudik yang telantar karena sulit mendapat angkutan pada malam hari. "Belum dipastikan berapa jumlahnya karena harus dirapatkan dulu. Yang pasti ada," katanya, Kamis, 25 Juni 2015.

Pada Lebaran tahun lalu, banyak pemudik yang tiba malam hari, baik yang menyeberang lewat Pelabuhan Kamal atau pemudik yang melintas di Jembatan Suramadu menggunakan bis, telantar karena sulit menemukan kendaraan yang akan mengantarkan sampai desa tujuan. "Pemerintah harus terlibat. Sebab tidak mungkin angkutan kami mengantar pemudik sampai ke pelosok desa tanpa jaminan keamanan," kata Jimhur.

Meski saat ini arus mudik belum padat, sulitnya mudik ke Bangkalan dirasakan betul oleh Hamdi, pemudik asal Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Hamdi mudik lebih awal pada Kamis pekan lalu menggunakan kapal laut.

Kapal yang ditumpangi Hamdi baru sandar jam 09.30 di Pelabuhan Tanjung Perak, atau molor dua jam dari jadwal. Setelah turun kapal, Hamdi langsung menuju dermaga Ujung untuk menyeberang ke Madura. "Tapi petugas bilang sudah tidak ada kapal karena kapal terakhir jam 09.00 malam," kata petugas pelabuhan seperti ditirukan Hamdi.

Karena takut kemalaman sampai rumah, Hamdi naik ojek dari Surabaya. Meski Suramadu gratis untuk roda dua, tukang ojeknya meminta ongkos Rp 100 ribu. "Seratus ribu tidak sampai rumah, hanya sampai Tangkel," Hamdi mengenang.

Setibanya di Tangkel, Hamdi tak menemukan satu pun taksi. Hanya tukang ojek menawarkan jasa dengan harga mahal. Tiga jam menunggu, tak betah dan lelah, Hamdi akhirnya naik ojek juga dengan tarif Rp 70 ribu dari Tangkel ke Desa Jaddih, Kecamatan Socah. "Kasian pemudik. Sulit menemukan angkot ini bisa menyebabkan biaya mudik naik dua kali lipat," ucap Hamdi.

Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Lalu Lintas Dinas Perhubungan Bangkalan Agung Firmansyah mengatakan belum membahas khusus masalah tersebut. Namun biasanya jika yang telantar dalam jumlah besar, pihaknya akan mengangkut mereka dengan truk hingga sampai ke tujuan. "Biasanya pemudik minta dijemput sama keluarganya kalau sulit dapat angkutan," katanya.

MUSTHOFA BISRI