TEMPO.CO, Bekasi - Kriminolog Universitas Indonesia, Arthur Josias Simon Runturambi, mengatakan tren kriminalitas menjelang Lebaran meningkat karena terdesak kebutuhan ekonomi. "Ada peluang karena lemahnya pengawasan," kata Arthur saat dihubungi wartawan, Rabu, 24 Juni 2015.
Karena itu, menurut dia, butuh sinergisme antara masyarakat dan kepolisian untuk menekan tingkat kriminalitas, seperti perampokan, perampasan, atau pencurian. Menurut dia, pelaku beraksi karena memanfaatkan momen. "Sekarang momennya Ramadan dan menjelang Lebaran," ujarnya.
Josias mencontohkan kawanan perampok yang menyasar tiga minimarket di daerah Kota Bekasi. Mereka begitu leluasa beraksi, melumpuhkan korban, lalu mengambil uang hasil penjualan. Bila pihak minimarket merangkul masyarakat sekitar, Josias meyakini para penjahat akan berpikir dua kali untuk melakukan aksinya.
Ia mengatakan para perampok seperti itu biasanya terlebih dulu memantau atau menggali informasi (mapping) mengenai sasarannya. Ketika diyakini sudah aman, pelaku beraksi secara terorganisasi, dan cepat mendapatkan incarannya. "Pelaku kemudian melarikan diri tanpa ada pengejaran," tuturnya.
Berdasarkan catatan Tempo, peristiwa menonjol di Kota Bekasi belakangan ini ialah aksi perampokan di delapan minimarket sejak awal Juni lalu. Peristiwa perampokan ini bermodus kempes ban dengan kerugian Rp 80 juta pada 22 Juni lalu di Jalan Chairil Anwar, Bekasi Timur.
Juru bicara Kepolisian Resor Kota Bekasi Kota, Ajun Komisaris Siswo, mengatakan pihaknya akan mengintensifkan patroli di titik yang rawan kejahatan, seperti pencurian dengan kekerasan dan pencurian dengan pemberatan. "Kami patroli secara terbuka dan tertutup," ucap Siswo.
ADI WARSONO