Ramadan, Pesanan Peci Aceh Meningkat

Editor

Zed abidien

TEMPO/Iqbal Lubis
TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.COBanda Aceh - Pemesanan peci hitam motif khas Aceh meningkat pada bulan Ramadan. Usaha pembuatan peci pun menaikkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan pasar di Banda Aceh dan sekitarnya.

Pengusaha peci Aceh, Khasanah, mengaku kebanjiran pesanan sejak menjelang Ramadan. “Kalau bulan biasa, pemesanannya sekitar seribu peci. Pada bulan Ramadan bisa 2.000 peci,” katanya kepada Tempo, Rabu, 24 Juni 2015.

Pemesannya tidak hanya dari Banda Aceh, tapi juga wilayah kabupaten/kota lain, seperti Aceh Barat, Aceh Jaya, dan Bireuen. Tidak ada pemesanan dalam jumlah besar untuk luar provinsi. Kalaupun ada, hanya beberapa saja sebagai suvenir.

Di pasaran, satu peci Aceh dijual Rp 50-120 ribu per buah. Tergantung ukuran dan keunikan motifnya.

Menurut Khasanah, secara umum, tahun ini permintaan peci hitam di Aceh lebih sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya. “Paling banyak dulunya pada Ramadan tahun 2009 sampai 2011. Bisa sampai puluhan ribu,” ujarnya.

Dia memperkirakan penyebabnya adalah banyaknya usaha pembuatan peci dan peminat yang sudah mulai berkurang. “Bisa juga karena kemungkinan lesunya ekonomi di Aceh.”

Khasanah Souvenir, usaha peci milik Khasanah, berdiri sejak 20 tahun lalu di kawasan Ulee Kareng, Banda Aceh. Awalnya, usahanya hanya membuat peci hitam, tapi kemudian berkembang membuat tas dan suvenir lain.

Khasanah menuturkan peci hitam yang dibuat umumnya dihiasi dengan bordir khas Aceh, seperti pinto Aceh dan motif rencong. “Ini untuk membedakan peci hitam Aceh dengan dari daerah lain,” katanya.

Razak, pekerja di tempat usaha Khasanah, berujar, dalam satu hari, dia mampu membuat 60 peci hitam. Dia bekerja bersama Tarmizi, penjahit.

Menurut dia, selain dia dan Tarmizi, ada beberapa pekerja perempuan di tempat usaha Khasanah yang membuat motif dan bordir khas Aceh. “Mereka ada juga yang bekerja di rumah masing-masing. Totalnya ada sepuluh pekerja di sini,” ucap Razak.

ADI WARSIDI