Masjid Baiturrahim Gorontalo Tak Goyah Diguncang Gempa Besar  

Editor

Nur Haryanto

Sejumlah umat muslim melaksanakan ibadah salat Tarawih di Masjid Baiturrahim, Gorontalo, Selasa (9/7) malam. ANTARA/Adiwinata Solihin
Sejumlah umat muslim melaksanakan ibadah salat Tarawih di Masjid Baiturrahim, Gorontalo, Selasa (9/7) malam. ANTARA/Adiwinata Solihin

TEMPO.CO, Jakarta - Kota Gorontalo dikenal dengan masyarakatnya yang mayoritas muslim. Bahkan, adat dan agama pun diyakini menjadi satu bagian yang tak terpisahkan. Maka, pusat-pusat kegiatan keagamaan pun menjadi sesuatu yang amat bermakna, dalam kehidupan keseharian mereka.

Tak lama setelah berdirinya Kota Gorontalo (pada saat itu masih bersifat kerajaan), atau sekitar 1728 Masehi, Masjid Baiturrahim ini pun dibangun. Alhasil sebagai masjid tertua di Gorontalo, yang mulai berdiri di zaman pemerintahan Paduka Raja Botutihe, maka masjid ini tak bisa dipisahkan dengan kehidupan pemerintahan dan adat istiadat setempat.

Sebagai masjid pertama yang berdiri di sini, lokasi yang dipilih pun tentunya di pusat kota, yakni di daerah Batato. Mengingat usianya yang tak lagi muda, renovasi pun telah dilakukan untuk menjaga kelestariannya.

Semisal, kalau di awal pembangunannya tiang kayu masih tampak mendominasi, kini sudah berubah. Sebagian di antaranya telah diganti dengan fondasi beton, bahkan dinding pun sebagian sudah berbahan batu. Renovasi ini telah dilakukan pada 1761 Masehi, di zaman pemerintahan Raja Unonongo.

Kisah sedihnya, masjid ini pernah hancur terkena gempa yang lumayan dahsyat. Namun di tahun 1947 masjid ini dibangun kembali dengan beberapa penambahan. Seperti, serambi di sisi utara dan barat masjid. Perbaikan demi perbaikan terus dilakukan.

Begitu pula tempat bagi jemaah wanita yang dibangun beberapa waktu kemudian. Berikutnya adalah penambahan sarana untuk wudu. Hingga akhirnya, pada 13 Oktober 1999, masjid ini diresmikan oleh B.J. Habibie (saat itu Presiden RI), setelah melewati proses pemugaran total.

TEMPO