Dua Penganan Takjil di Surabaya Mengandung Boraks

ANTARA/Andika Wahyu
ANTARA/Andika Wahyu

TEMPO.COSurabaya - Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Jawa Timur menemukan dua penganan takjil di Sentra Takjil Masjid Agung Surabaya mengandung bahan berbahaya. Dari 20 sampel yang diambil saat inspeksi mendadak laboratorium keliling itu, kerupuk puli dan rambak terdeteksi menggunakan boraks.

“Kami langsung meminta pedagang untuk menahan makanannya. Kami amankan barangnya. Ya, bisa jadi bukan dia yang memproduksi,” kata Kepala BBPOM Jatim I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa kepada Tempo, Senin, 21 Juni 2015.

Gusti mengakui jenis penganan yang mengandung bahan berbahaya masuk dalam kategori makanan curah. Artinya, pedagang bekerja sama dengan pihak ketiga, sehingga tak tahu bagaimana penganan itu dimasak. “Nanti kita lihat dan telusuri sumbernya,” ujarnya.

Pedagang makanan siap saji yang kerupuknya terdeteksi mengandung boraks berdalih perihal kerupuknya itu. “Saya gak tahu, wong itu kerupuknya titipan. Biasanya begitu kan beli di Pasar Wonokromo banyak,” kata dia.

Mayoritas pedagang, Gusti melanjutkan, menggunakan boraks kemungkinan karena tidak tahu. ”Jika menemukan makanan yang berbau menyengat, segera melapor ke kami dan jangan mengkonsumsi makanan tersebut,” kata dia.

Pengujian dilakukan di dalam mobil laboratorium keliling yang terparkir di Masjid Agung Surabaya. Petugas mengambil sampel dari penjual makanan yang tersebar, di antaranya ialah pentol, mi, kerupuk, dan makanan siap saji.

Untuk mengecek apakah makanan mengandung bahan berbahaya, petugas meneteskan Aqua dan cairan penguji. “Tujuannya supaya proteinnya mengendap, sehingga ketahuan apakah ada boraks, formalin, dan lain-lain, atau tidak,” kata Hariani, salah satu petugas. Begitu kertas penguji berbahan kunyit (curcuma paper) berubah warna, maka itu berarti mengandung zat berbahaya.

Gusti mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya akan terus melakukan kegiatan sidak penganan ini selama Ramadan. Ia menyebut sedikitnya tujuh sentra makanan dan takjil akan didatangi BBPOM untuk memastikan makanan yang beredar di masyarakat aman dikonsumsi. 

ARTIKA RACHMI FARMITA