Ramadan, Pesanan Peci Naik Tiga Kali Lipat

TEMPO/Iqbal Lubis
TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO , Slawi:Ramadan belum genap sepekan, para perajin peci sudah kebanjiran pesanan. Salah satunya Bunyamin, 50 tahun, dan Nur Aisyah, 43 tahun, pasangan perajin peci rajutan asal Dukuh Narawisan, Desa Kajen, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal.

“Pesanan meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan bulan biasa. Sampai hari ini pesanan yang masuk sudah 2.000 kodi atau 40.000 buah peci,” kata Nur Aisyah pada Minggu, 21 Juni 2015. Selain untuk memenuhi kebutuhan pasar di Tegal dan sekitarnya, peci buatan Nur dan Bunyamin juga dikirimkan ke sejumlah daerah lain di Pulau Jawa hingga Sumatera.

Ada 25 motif peci buatan Nur dan Bunyamin. Mulai dari motif garis-garis hingga motif yang dibedakan dari segi perpaduan bermacam warna benang rajutan. Selain peci rajutan, Nur dan Bunyamin juga memproduksi peci berbahan kain dan beludru dengan bermacam model.

Peci kuncir bergambar tokoh kartun Doraemon dan Angry Birds adalah salah satu model yang kini banyak diburu pedagang dari dalam maupun luar Jawa. “Peci kartun ini banyak peminatnya. Pesanannya cukup stabil tiap bulan, sekitar 200 kodi,” kata Nur.

Meski hampir memonopoli pasaran peci di Tegal, lantaran mayoritas perajin lain sudah gulung tikar, bukan berarti Nur dan Bunyamin bisa memainkan harga secara semena-mena. “Harga tergantung jenis bahan dan motifnya, mulai Rp 45.000 - Rp 700.000 per kodi,” ujar Nur.

Untuk memenuhi pesanan yang membludak dan ditargetkan selesai dalam waktu singkat, Nur dan Bunyamin dibantu 15 karyawan yang semuanya adalah tetangga. Tujuh karyawan menjahit peci di rumah Nur. Adapun delapan lainnya menjahit peci di rumah masing-masing.

Tidak pernah terbersit di benak Nur dan Bunyamin jika usaha yang mereka rintis sejak 1993 bisa bertahan dan semakin berkembang. “Awalnya kami membuat kerajinan tas rajutan berbahan benang nilon. Tapi ongkos produksinya mahal dan tidak laku,” kata Bunyamin.

Masih dengan modal kemahiran merajut, Bunyamin pun menjajal peruntungan dengan membuat peci. Semula, dia menawarkan sendiri peci buatannya ke sejumlah pasar di Tegal. Setelah respon pasar cukup baik, Bunyamin tidak segan mengajarkan cara merajut peci kepada sejumlah tetangganya.

“Semangatnya adalah membantu sesama, terutama yang kurang mampu dan tidak punya pekerjaan,” kata Bunyamin. Setelah menularkan ilmunya kepada para tetangga, Bunyamin kini bisa menampung berapapun pesanan yang datang. “Semakin banyak pesanan, semakin banyak pula tetangga yang ikut kecipratan rezeki,” ujarnya.

DINDA LEO LISTY